Mohon tunggu...
Syifa Nurul Rifdah
Syifa Nurul Rifdah Mohon Tunggu... Guru - Jalanin aja, cuekin aja, ikutilah alurnya

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Polemik Pendidikan Seni Drama di Sekolah

3 Desember 2020   12:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   14:25 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drama Siswa/i Kelas XI MAN 19 Jakarta (Dokpri)

Sebagai salah satu genre sastra drama memiliki kekhususan tersendiri dibandingkan dengan genre puisi dan fiksi pada sebuah karya sastra. Kata drama berasal dari bahasa Yunani yakni draomai  yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, dan berinteraksi. (Hasanuddin. 2015: 2) Tontonan dalam drama lebih menonjolkan percakapan atau dialog antar sesama tokoh dan gerak-gerik pemain di atas panggung. Drama sering disebut juga dengan sandiwara atau teater.

Kata sandiwara berasal dari bahasa jawa yakni sandi berarti rahasia dan wara berarti ajaran. Jadi, sandiwara merupakan ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Sedangkan teater berasal dari bahasa inggris yakni theater yang berarti gedung pertunjukan. Kata theater juga merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani theatron yang memiliki makna takjub melihat. Jadi dapat disimpulkan bahwa teater merupakan gedung seni pertunjukan yang mempertunjukan suatu peristiwa yang berasal dari naskah drama. (Wiyanto. 2002: 1) Jadi dapat disimpulkan bahwa drama merupakan hasil seni dalam sebuah karya sastra yang ungkapannya dalam wujud teater yang menekankan pada unsur suara salah satunya yakni dengan bercakap-cakap atau berdialog.

Apa itu pendidikan sastra?

Pendidikan sastra adalah  pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. Dengan pendidikan sastra ini peserta didik diajak untuk lebih memperdalam pemahaman, bacaan, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung. Pendidikan sastra yang lebih menekankan pengapreasiasi prosa rekaan akan mengembangkan potensi anak dalam memahami dan menghargai keindahan setiap karya sastra yang dimilikinya secara langsung. Ada karya sastra yang indah karena kekuatan dalam penggambaran pada tokoh, penokohan, watak, dan perwatakan. Adapun prosa rekaan yang begitu piawai dalam menggambarkan sebuah latar, waktu, suasana, tempat, dan budaya. Ada pula karya sastra yang berkaitan dengan kondisi sosial, psikologis, dan budaya. Hal ini sangat berlaku bagi peserta didik yang sedang melalukan pengapresiasikan sebuah karya sastra yakni puisi, prosa, bahkan drama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sastra adalah sebuah pendidikan yang mengajak peserta didik untuk mengapresiasikan sebuah karya sastra. (Siswanto. 2008: 169)

Lalu bagaimana polemik pendidikan seni drama di sekolah?

Polemik dalam KBBI memiliki arti perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka dalam media massa. Menilik polemik pendidikan seni drama di sekolah, banyak sekali pergolakan yang terjadi di setiap sekolah yang ada di Indonesia. Salah satu bentuk polemik yang terjadi kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran seni drama.

Seperti yang kita telah ketahui bahwa seni drama adalah seni yang lebih menekankan ekspresi untuk memunculkan tokoh yang ada di dalam cerita. Namun, ada dua tanggapan mengenai pembelajaran seni drama di sekolah yakni tanggapan positif dan tanggapan negatif. Tanggapan negatif siswa pada pembelajaran ini yakni sebagian siswa masih  ada yang merasakan kesulitan dalam hal berakting, tidak hanya itu saja penghafalan dialog dalam naskah sebagian siswa masih sulit  terlebih lagi jika dialog yang digunakan begitu panjang butuh waktu untuk mengahafalnya.

Tanggapan positif siswa pada pembelajaran seni drama di sekolah yakni pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang mengasikan karena mereka terjun langsung di dalamnya baik dalam persiapan menentukan naskah yang dipakai, mendekor panggung yang biasa disebut dengan tata panggung, memilih kostum yang sesuai dengan tokoh yang akan diperankan biasa disebut dengan tata kostum, dan hal lainnya yang berkaitan dengan drama.

Dalam hal ini, ada saja kendala atau polemik yang dirasakan oleh siswa ketika minat tersebut sudah mulai muncul yakni kurangnya penjelasan yang dilakukan oleh guru secara detail mengenai mekanisme pembuatan pertunjukan drama mulai dari pembuka sampai penutup. Peristiwa yang seperti itu membuat murid menjadi bingung hal apa yang harus mereka kerjakan terlebih dahulu sebelum pementasan drama yang akan dilaksanakan. Maka dari itu, peran guru dalam pembelajaran seni drama sangat diperlukan tidak hanya memberikan teori-teori saja tetapi guru juga harus terjun langsung membimbing siswa-siswanya agar pementasan drama yang dilaksanakan berjalan dengan sempurna dan lancar.

Tidak hanya itu, di zaman sekarang tekhnologi di dunia sudah mulai berkembang, salah satu hal termudah untuk menghapuskan polemik yang dirasakan siswa terhadap pembelajaran ini adalah guru memberikan tontonan drama melalui kanal youtube terkait dengan pertunjukan pementasan drama, karena untuk saat ini banyak sekali teater-teater yang mementaskan sebuah dramanya secara online. Dalam hal ini jika dibantu dengan hal tersebut murid makin berminat akan pembelajaran drama dan menjadi salah satu media alternatif dalam memahami pembelajaran tersebut. mengingat bahwa pembelajaran ini tidak hanya terpakai pada saat siswa duduk di bangku sekolah saja, pembelajaran ini pun sangat terpakai dikemudian hari dan bisa juga untuk mengais pundi-pundi rupiah yaitu dengan cara berakting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun