Mohon tunggu...
Humaniora

Agama Bisa Didekati dengan Nalar dan Rasa

14 Januari 2018   11:25 Diperbarui: 14 Januari 2018   11:39 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ByBagus Hasan

Tak hanya bisa didekati dengan nalar, ternyata agama jga bisa didekati dengan rasa.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat membuka lomba atau Pagelaran Paduan Suara Tingkat Nasional Perguruan Tinggi Agama (PTA) Katolik di Jakarta, beberapa hari lalu.

Menurutnya, Pagelaran Paduan Suara Perguruan Tinggi Agama Katolik ini tidak hanya semata bisa kita lihat dari perspektif seni semata, tapi banyak hal positf yang bisa didapatkan, di antaranya agar bagaimana generasi muda kita senantiasa terbiasa mengolah rasa, memiliki sensitifitas.

"Bagaimana rasa hadir dalam kita menebarkan kasih kepada sesama sebagai kewajiban kita sebagai manusia di tengah masyarakat. Agama bisa tidak hanya bisa didekati dengan nalar, tapi juga rasa," kata Lukman.

Di beberapa tempat, katanya, seringkali agama dibawa dengan cara sama sekali tidak di bawa dengan rasa.  "Padahal agama hadir menebarkan kasih, membangun kerukunan, menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan kita, bukan justru sebaliknya," kata Lukman.

Ia mengaku teringat ungkapan Mgr. Sugijopranoto SJ yang menyampaikan ungkapan, bahwa setiap kita (umat Katolik) 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia.

"Menggereja dalam pandangan saya, seluruh aspek hidup kita ada rujukannya dengan nilai-nilai agama, dalam menjalani kehidupan senantiasa tidak tercerabut dari gereja, tapi juga berbangsa dan bernegara. Ini sesuatu mendasar, setiap umat beragama harus 100 persen, tapi juga kita sebagai warga negara Indonesia, adalah 100 persen Indonesia," ujarnya.

Pagelaran paduan suara tingkat nasional yang digelar setiap 3 tahun ini diikuti 20 Perguruan Tinggi Agama Katolik seluruh Indonesia, dengan jumlah kontingen 440 orang bersama official masing-masing kontingen.

Sumber: syiarnusantara.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun