Mohon tunggu...
Syarifatun Nafiah
Syarifatun Nafiah Mohon Tunggu... Penulis - Sang abdi

Jangan hanya dibayangkan. Lahir seperti kertas kosong, maka isilah kertas mu sekarang!

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sampah: Dulu Masalah Sekarang Berkah

14 November 2020   21:02 Diperbarui: 14 November 2020   21:57 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap orang pastinya ingin hidup sehat, nyaman, dan bersih tanpa adanya pencemaran disana sini. Akan tetapi hal tersebut tidak selaras dengan tindakan yang mereka lakukan yaitu merusak lingkungan sekitar, misalnya saja membuang sampah di sembarang tempat. Fenomena itulah yang sering terjadi akibat faktor minimnya kesadaran masyarakat. Apabila hal ini terus berlanjut akan menimbulkan berbagai macam permasalahan salah satunya pencemaran.


material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses, begitulah definisi dari wikipedia ( id.m.wikipedia.org) perihal "sampah". Memang benar adanya dan terjadi dimana saja, permasalahan sampah menjadi topik yang kian menjamur dan menjadi buah bibir dari masa ke masa dan tidak ada habisnya.


Salah satu faktor penyebab timbulnya dan penumpukan sampah yaitu dari banyaknya jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan tersedianya tempat pembuangan sampah (TPS)  yang dapat mengolah dengan baik dan terprogram, hal tersebut juga yang dialami di desa Kajen, kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. Yang memiliki luas sekitar 70 hektare dan dihuni sebanyak 4.200 jiwa, belum lagi ada 40 pondok pesantren (Ponpes), 10 sekolah dengan 10 ribu jiwa (data dari Gatra.com : 2019). Menurut survei kasar sampah yang ada di desa Kajen mencapai tidak kurang dari 10 meter kubik per hari.

Persoalan demi persoalan lingkungan dapat ditimbulkan dari adanya sampah yang dibiarkan begitu saja menumpuk, baik itu pencemaran udara yang menimbulkan aroma yang kurang sedap dilingkungan sekitar, pencemaran tanah, dan pencemaran air yang dapat menimbulkan banjir dimusim penghujan. Dengan melihat berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh sampah akhirnya para pemuda di desa kajen tergerak untuk mengatasinya dan munculah ide untuk mengelola sampah. Pada tanggal 13 september 2015 didirikanlan kegiatan jasa angkut sampah dengan nama 'RESIK APIK'.

Lagi-lagi sampahlah tokoh utamanya tak butuh waktu lama jasa angkut sampah RESIK APIK mengalami perkembangan dan otomatis volume sampah yang dikelola juga terlalu banyak, maka kegiatan (angkut sampah) bukan solusi yang tepat untuk mengatasi sampah-sampah tersebut. Dan akhirnya munculah ide pengelolaan sampah berbasis masyarakat Bank Sampah dan TPS 3R,  dengan proses yang panjang dengan semangat juang yang tinggi demi terwujudnya cita-cita yang diharapkan, akhirnya fasilitas pengolahan sampah terbentuk dan di resmikan oleh Bapak Bupati Pati HARYANTO,SH. MM. M.SI, pada bulan mei 2017.

TPS 3R RESIK APIK menawarkan solusi dari permasalahan yang terjadi di desa kajen dan sekitarnya, dengan program bank sampah yang mana kegiatan tersebut mengajak masyarakat dengan menabung sampah yang dapat ditukarkan dengan pundi-pundi rupiah, dengan hal tersebut tentunya akan merubah mindset  tentang sampah yang dulunya hanya masalah dan sekarang menjadi berkah tersendiri bagi mereka, selain itu sampah juga dapat menjadi ladang rezeki bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dengan cara ikut serta dalam proses pengolahannya. Dulu sampah itu hanya dibuang kesungai atau dibakar, dengan adanya program lanjutan bank sampah maka sampah yang dulu menjadi masalah (pencemaran lingkungan) sekarang menjadi berkah (dapat dijual dengan cara dipilah).

Tetapi di masa pandemi ini TPS 3R RESIK APIK mengalami pendapatan penurunan hingga 65% karena beberapa pondok pesantren dan instansi belum aktif tutur Dedi Hermansyah ketua TPS yang sempat diwawancarai oleh penulis. "Untuk saat ini pekerja kita pangkas, tinggal 9" imbuhnya, yang asalnya 16 pekerja tetap dan 6 pekerja borong yang sebagian besar warga desa kajen, jumlah tersebut sebelum ada pandemi covid19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun