Mohon tunggu...
Syarifah Pertiwi
Syarifah Pertiwi Mohon Tunggu... Guru - Sederhana namun berarti

Hanya ingin menulis, semoga suka dan manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sayangi Mereka Meski Tidak Sepandai Kamu

23 November 2021   13:19 Diperbarui: 23 November 2021   13:55 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sadar tidak sadar kehidupan senantiasa selalu berputar mengikuti perkembangan yang telah ditetapkan. "Sayangi Mereka Meski Tidak Sepandai Kamu" apa yang dimaksud seseorang dalam kalimat tersebut mungkin berbeda-beda, ada yang berpikir kepada masyarakat yang menengah kebawah, kepada orang yang disibilitas ataupun kepada siapa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tetapi persepsi tulisan ini lebih tepatnya kepada diri dan keluarga.

Tidak sedikit dari mereka yang merasa lebih baik dengan saudaranya yang lain, merasa sudah mampu dan mumpuni padahal Islam tidak pernah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadi hamba yang angkuh.

Kepandaian, keterampilan dan kreativitas yang dimiliki seorang hamba pada hakikat-Nya atas kehendak Allah, Allah menyayangi hamba tersebut dengan memberikan pemahaman belajar, beribadah dan rasa semangat dalam kebaikan,tentunya tidak semua orang dapat merasakan itu semua. 

Bahkan,mungkin saudara sekeluargapun belum tentu diberikan nikmat pembelajar yang seperti dirasakan kamu.  Tentu disaat kamu bercita-cita setinggi langit, bermimpi penuh keyakinan dan berkata penuh percaya diri jika Allah tidak meridhoi tentu tidak akan terjadi, tetapi jika kamu merasa tidak percaya diri, merasa cita-cita kamu terlalu tinggi, keyakinanpun tidak terlalu besar akan mimpi mu, tetapi disaat Allah ridho apa yang tidak mungkin baginya ?

"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia". (QS Yasin ayat 82). Segala sesuatu yang terjadi sesuai kehendak-Nya namun kita tetap harus percaya diri, bercita-cita tinggi, bermimpi penuh keyakinan tanpa menyampingkan Allah dalam kehidupan.

Disaat kamu sadar bahwa segala sesuatu hanya milik Allah, segala keberuntungan yang kamu dapatkan dan rasakan hanya kehendak-Nya. Lantas rasa syukur mana yang kamu dustakan ? rasa angkuh mana yang kamu banggakan ? sebagaimana sudah Allah jelaskan dalam firman-Nya "(tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara". (Qs. Ar-Rahman ayat 1-4).

Dengan segala nikmat yang telah Allah berikan tentu kamu perlu menyadari, mensyukuri dan mengamalkannya. Tentu dalam kehidupan ini kamu perlu berkasih sayang terhadap sesama, meski lisan berkata tak semudah dalam kehidupannya tetapi kita perlu belajar terus mencoba agar menyayangi sesama dan miniatur terkecil yang perlu kita hargai, kita sayangi yaitu keluarga. Bagaimanapun kamu, kamu wajib menyayangi mereka.

Hidayah dan pemahaman hanya Allah yang memiliki, meski tidak sama dalam satu pikiran, dalam satu tujuan tetapi kamu perlu membela mereka. Terbesit ingat kisah Nabi Ibrahim AS sikap terhadap bapaknya, Ingat kisah Rasulullah baginda panutan hidup kita (insyaallah bissmillah) yang menghadapi pamannya. Meski tidak satu paham, tetap melindungi, mengayomi dan menyayangi bukan ?

Lantas bagaimana dengan kita yang merasa pandai ? merasa tahu segalanya akan kehidupan padahal baru anak kemarin sore. Merasa sudah paham segalanya padahal belum bisa apa-apa dalam menghadapi kehidupan yang gentir ini. Bersyukurlah kamu bertemu dengan keluarga yang senantiasa belum Allah pahamkan, belum Allah beri jalan, kenapa mesti bersyukur ? karena dibalik semua itu ada hikmah dan perjuangan untuk mu. 

Sepandai -- pandainya manusia adalah ia yang mengingat kematian begitu bukan ? diriwayatkan bahwa sahabat Ibnu Umar RA berkata, ''Aku datang menemui Nabi Muhammad SAW bersama 10 orang, lalu salah seorang Anshar bertanya, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah? Nabi menjawab, orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan.'' (HR Ibnu Majah).

Luruskan landasan dalam kehidupan. Kamu harus memperhatikan keluarga mu, menyayangi dan menghargai mereka. Tetaplah mengajak kepada amal ma'ruf nahi munkar dan sesuaikan dengan keadaannya, bentuk perhatian kecil dan menghargai dengan sopan menolak dengan baik tentu akan menumbuhkan kebersamaan dan kesadaran dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun