"Ibu, mengapa tak kau biarkan aku bahagia." Kata-kataku tak mampu terucap, karena aku terlalu mencintai ibuku.
***
Saat bertemu lagi dengan dua wajah itu. Aku sungguh tak kuasa untuk menahannya. Aku merasa telah berbohong kepada Suci. Aku tidak mungkin menghilangkan dendam ini. Aku telah gagal meredamnya untuk tak muncul kembali. Dua matanya masih mata yang dulu, dan senyumnya juga.Â
Tatapan dan senyuman yang bagiku sangat menjijikkan. Kenangan pahit itu tiba-tiba datang kembali tanpa kuundang. Menarik-narik jiwaku untuk menyusuri luka yang lama ku pendam. Ia telah membunuh nalarku. Meski ku coba untuk tersenyum, kurasakan ada yang kelu. Ada yang tak bisa kubohongi. Hatiku ternyata masih menangis.
Syarif_Enha@Jogja, 21 Mei 2008