Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebohongan yang Gagal

7 Maret 2021   13:30 Diperbarui: 7 Maret 2021   14:10 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah aku putuskan untuk menutup rapat-rapat hatiku. Aku tidak akan lagi menyebut namanya, dan nama Sulastri. Biarlah, kenangan ini kukubur dalam-dalam untuk tidak pernah lagi kuungkap.

Untuk mengurangi kesedihanku, aku melanjutkan Kuliah ke luar kota. Akhirnya bertemu dengan Mas Wawan, mahasiswa satu angkatan diatasku. Sebelum lulus kuliah, kami memutuskan untuk menikah. Hingga sekarang, kami hanya dikaruniai satu orang anak perempuan yang cantik dan cerdas, Suci.

Kehidupan kami cukup bahagia bahagia, dengan segala kemudahan yang dikaruniakan Tuhan. Hingga sampai minggu yang lalu, datang seorang lelaki, yang mengaku bernama Eko datang melamar Suci. Entahlah, tiba-tiba aku merasa linglung. Seolah ada bongkahan besar dari gunung es yang longsor, dan dibaliknya muncul ingatan-ingatan yang pernah kubekukan sekian tahun.

Aku tidak ingin Suci mengalami derita yang pernah kualami dulu. Aku tak tahu harus bagaimana menyampaikan kepada Suci tentang masalah itu. Dan keputusan Suci menerima pinangan Eko, seperti membuka luka lama yang sudah kupendam dalam-dalam. Ini adalah persoalan perempuan. Aku sendiri tidak mampu merangkainya menjadi satu kalimat sekalipun. Aku berusaha menahannya.

Tapi mungkin aku lupa, Suci juga perempuan. Dia ternyata bisa menangkapnya lewat mataku. Aku tak mau berdamai. Ini sumpahku selama hidupku. Haram bagiku untuk menyebut nama Gunadi dan Sulastri. Tetapi, saat kutatap nanar mata Suci... ah tidak. Aku tidak kuat lagi. Suci tidak boleh menderita sepertiku. Cukup Ibumu saja yang merasakannya.

Kupeluk Suci erat-erat, aku tumpahkan air mataku, semoga mampu menyiram api dendam masa lalu yang menyakitiku. Biarlah Suci bahagia dengan pilihannya.

Meskipun aku tak pernah tahu bahwa Gunadi memiliki anak laki-laki, tetapi Tuhan telah mengabarkannya dengan kehadiran Eko seminggu yang lalu.

***

Mestinya aku bahagia. Karena akhirnya ibu mau menerima kaputusanku. Tapi entahlah, aku merasakan masih ada yang disembunyikan ibu dariku. Aku sendiri tidak berani menebak apa yang ibu sembunyikan. Hanya saja, aku merasa itu bukan hal mudah untuk diceritakan, dan yang pasti, masalah yang dipendam ibu sangat tidak sederhana.

Ibuku bukan seorang aktor sandiwara, sehingga aku bisa menangkap senyum pahit ibuku saat hari pernikahanku. Aku merasakan sembilu yang tersembunyi dibaliknya. Gembira yang ditampakkannya seperti menyimpan tumpukan tumpukan bara api, hanya tampak kepul asap tipisnya berupa senyum yang tertahan-tahan. Ibuku tidak bahagia, jelas sekali dari sandiwara buruk yang diperankannya.

Saat ibu menyatakan akan menyimpan rahasia itu hanya untuk dirinya, sama saja, ibu telah membaginya padaku. Meski aku tak tahu apa sebenarnya rahasia yang disembunyikannya, tapi aku merasakan sakit yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun