"Sudahlah Ibu, Ibu bisa ceritakan sekarang. Suci kan sudah bukan anak-anak lagi." Aku berusaha melepas dekapan ibu. Aku tak ingin semakin larut. Kuusap air mataku dan ibupun mulai bisa mengendalikan diri.
"Suci, biarlah ini mejadi rahasia ibumu. Menikahlah dengan Eko. Ibu merestuimu." Ibu mengatakannya dengan pelan, tapi jelas sekali.
"Kenapa Ibu tak mau cerita?" Aku masih berusaha mendesak.
"Suci, ini persoalan yang sulit dipahami, kamu masih terlalu polos nak." Ibu keluar kamarku setelah megusap lembut kepalaku dan tersenyum.
Saat itu, aku melihat di mata ibu ada sepasang purnama. Bercahaya terang penuh ketulusan. Air mata yang tadi tumpah, seolah mampu menyapu mendung yang seminggu ini menggantung di langit purnamanya.
"Terimakasih ibu." Kata-kata ini tak mampu terucap.
***
Saat dia menyatakan akan datang melamar diriku. Itu adalah kabar yang paling menggembirakan yang pernah aku dengar darinya. Aku akan segera menikah. Anganku melambung. Bentangan sejarah baru seperti telah digelar sedemikian cerahnya, dan aku bersamanya akan segera beriring menyusuri setiap sudutnya. Indah.
Sampai aku menyaksikan sendiri, pada hari yang aku sebenarnya tak ingin bersedih. Di tengah keramaian pengunjung pantai, kulihat dia duduk dan bermesraan dengan Sulastri, teman sekolahku dulu di SMP. Aku hampir-hampir tak percaya. Saat kudekati, mereka hanya diam tak ada penjelasan. Aku benar-benar shok. Tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis dan berlari menuju bapak, ibu dan saudara-saudaraku yang tengah berkumpul. Mereka tak mengerti melihat aku tiba-tiba datang dengan derai air mata.
Keindahan yang selalu kubayangkan, tiba-tiba menjadi sebilah tombak tajam yang menghujam dadaku bertubi-tubi. Rasa sakit yang kutanggung tak mampu kuungkap. Hanya air mata yang mampu menterjemahkannya dengan fasih.
Dua minggu aku mengurung diriku. Ibuku terus menangis, larut dalam tangisku. Bapak dan saudara-saudaraku tak bisa berbuat apa-apa. Mestinya aku marah. Tapi aku terlalu sedih. Sedih atas kebodohanku. Sedih atas ketololanku, yang mau dipecundanginya.