Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tahun Baru dan Covid-19

1 Januari 2021   20:31 Diperbarui: 1 Januari 2021   20:32 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi setiap kita yang mengalami secara sadar keberadaan Covid 19 sebagai pandemi di dunia khususnya di Indonesia, maka momentum tahun baru 2021 kali ini menyajikan kesadaran berbeda. Biasanya, akhir tahun dan tahun baru adalah momentum spesial yang tidak akan dilewatkan begitu saja. Di titik-titik kota besar akan berkumpul ribuan manusia hanya untuk sekedar turut merayakan. Anggaran milyaran rupiah dikeluarkan untuk menampilkan kembang api yang paling cantik. Selain itu, pagelaran demi pagelaran diadakan. Belum lagi, di tingkat paling lokal, di sebuah RT maupun tingkat perumahan bisa jadi diadakan acara untuk memperingati kebersamaan. Tetapi, itu semua tidak terjadi pada tahun ini. Semua dikendalikan dan diarahkan agar tidak melakukan acara apapun, jangan berkerumun, dan cukup di rumah saja. Mengapa, karena ancaman virus corona benar-benar nyata.

Perasaan sedih, kecewa dan hambar, mungkin dirasakan banyak orang atas situasi ini. Namun coba kita melihat lebih dalam. Coba kita temukan sisi lain dari kondisi saat ini. Pertama, ada kesadaran baru bahwa ternyata selama ini cukup banyak kemudahan yang kita nikmati namun kita lupakan. Kita yang terbiasa ke mana-mana tinggal pergi, mau kemana tinggal berangkat, moda transportasi tinggal pilih, tanpa harus ribet berpikir pakai masker, cuci tangan ataupun jaga jarak. Bertemu dan berkumpul dengan kawan kapanpun di manapun seperti tak terbatas. Mencari warung, kafe yang buka 24 jam dengan mudah ditemukan. Namun, dengan adanya covid 19, semua itu tidak ada. Dan saat ini begitu terasa, situasi dulu seperti itu ternyata nikmat yang luar biasa. Benarlah bahwa kenikmatan itu kadang disadari begitu dia dicabut. Persis seperti sehat, baru kita syukuri keberadaannya begitu kita merasakan beratnya derita kesatikan.

Kedua, ternyata kita selama ini hidup dalam gelembung keharusan-keharusan yang palsu untuk dapat terus hidup. Misalnya, kita merasa harus rekreasi agar bisa bergembira. Kita harus merayakan setiap momentum dengan kebersamaan. Termasuk tahun baru, karena sudah menjadi tradisi adanya keramaian, maka kita memandang itu sebagai keharusan. Seolah-olah tidak lengkap dan tidak sah jika tahun baru tanpa pesta kembang api. Kita membangun keharusan hidup mesti asik.

Dan pada akhirnya kita begitu merasa "dahaga" begitu keharusan-keharusan itu tidak ada. Namun, Covid 19 kali ini benar-benar memaksa kita menegasikan keharusan-keharusan itu dan mengubahnya sebagai seuatu yang justru harus dijauhi demi keberlangsungan hidup. Inilah yang saya sebut sebagai gelembung keharusan palsu. Kita menyangka deretan keharusan itu sebagai sesuatu yang mesti ada agar hidup lebih asik, gembira dan berarti. Namun justru oleh Covid 19, kita dibawa kepada cara hidup genuine, yang sebenarnya begitu sederhana tanpa pikiran harus dijejali keharusan-keharusan yang palsu.

Tentu kita semua berharap Covid 19 ini segera berlalu. Sehingga kita dapat Kembali beraktivitas dalam suasanya hati yang aman tidak was-was. Sebuah suasana yang tentu dalam kehidupan biasa kita dulu begitu biasa. Namun ternyata itu sebuah nikmat yang luar biasa, namun baru kita sadari ketika ia direnggut paksa.

Hidup itu sederhana. Kita yang membuat ia begitu rumit. Kita sendiri yang ternyata telah menyusun kerumitan hidup dengan menyusun banyak keharusan-keharusan. Covid 19 telah memaksakan kesadaran itu. Maka ini satu sisi positif yang harus kita syukuri juga. Barangkali, ini cara Tuhan untuk mengantarkan kita agar lebih fokus pada perkara-perkara pokok kehidupan, bukan pada askesoris dan gegap gempita yang tidak perlu.

Syarif_Enha@Tegalsari, 1 Januari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun