Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak-anak Langit

30 September 2020   07:28 Diperbarui: 30 September 2020   07:36 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketakutan-ketakutan itu menuntun langkah dan pertimbangan kita atas masalah-masalah yang kita pikir akan berpengaruh pada masa depan kita di dunia. Sedikit sogokan tidak jadi masalah jika masa depan hidup kita nanti sampai mati akan lebih sejahtera. Melakukan korupsi dianggap sebagai sebuah keperluan, agar masa tua kita bisa dijalani dengan tenang. 

Sangat sedikit dari kita yang berani untuk mengatakan tidak bagi masa depannya. Barang kali karena kita telah lupa pada perjanjian primordial kita dengan Tuhan, dulu ketika ruh kita hendak ditiupkan-Nya ke dalam jasad. "kepadaKu kau akan menyembah, dan Aku yang akan menjamin kehidupannmu." Begitu kira-kira Tuhan menjanjikan kepada kita. namun, meski begitu kita sering ragu, jangan-jangan Tuhan akan mengingkari janji-Nya.

Pada akhirnya, setiap orang tualah yang harus mendidik anak-anaknya masalah moralitas dan budi pekerti luhur. Mengajaknya mengerti warna dan paduannya yang begitu beragam. Tentang alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan. Tentang agama dan Tuhan. Tentang sedih dan gembira. Tentang tenteram dan sejahtera. Agar anak-anak tumbuh dengan mental yang kuat dan tegas dalam keputusannya. Agar hatinya terus menuntun menjadi lentera hidup, yang merupakan pembiasan dari pancaran kalimat-kalimat Tuhan-Nya.

Mudah untuk mengatakan sesuatu itu adil atau tidak adil, baik atau buruk, benar atau salah, culas atau jujur, munafik atau tulus. Yang paling sulit adalah untuk melakukan dan menjalaninya. Jika kau dihadapkan pada dua pilihan dan kau harus memilih, maka pilihlah yang adil, baik, benar, jujur dan tulus. 

Meski kau harus berkalang tanah kemudian. Karena sebenarnya tidaklah kau selesai dalam kalangan tanah yang mengubangimu, namun sejatinya kau terus berjalan dan telah melahirkan "anak-anak" baru yang akan terus melanjutkan pilihan-pilihanmu itu. Itulah anak-anak langit yang akan ikut menjadi saksi di hari perhitungan. Itulah anak-anak langit yang akan sesekali turun dan hinggap dalam benak anak manusia untuk melanjutkan pilihan-pilihan murnimu itu. Semoga. Syarif_Enha@Semarang, 16 Mei 2010

*Pernah dipublikasikan dalam Bulletin Mocopat Syafaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun