Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bermain Catur

13 September 2020   04:55 Diperbarui: 13 September 2020   05:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Minggu sore, hujan kembali turun. Rintik-rintik. Ayah masih saja asik dengan acara TV kesayangannya. Tampak di layar beberapa orang mengerumuni meja tengah membicarakan sesuatu.

"Ayah, ajari aku bermain catur." Aku tahu, Ayah adalah jagonya main catur. Sering teman-teman Ayah datang hanya untuk menantangnya main catur. Dan hampir semua yang datang, kembali dengan kekalahan.

"Sebentar, acara diskusinya belum selesai." Tampaknya Ayah sangat menikmati acara TV-nya. Tapi aku terus merengek.

"Ayolah Ayah, mumpung hari masih agak siang." Ayah mengalihkan pandangannya dan menatapku.

"Sebentar ya, ini sudah mau selesai." Ayah bersikeras. Akupun akhirnya menunggu sambil duduk di samping ayah, ikut nonton TV.

"Ayah, mengapa mereka malah bertengkar?" Kulihat seorang dengan garang menuding-nuding beberapa orang yang lebih tua. Jelas ada emosi yang muncul. Jika itu yang disebut diskusi, maka aku tak bisa membayangkan jika mereka berdemonstrasi.

"Itulah Nak, memang sudah sepantasnya anak muda itu marah-marah. Para orang tua itu yang sudah tidak tau diri. Sudah tua, kolotan, sudah terbukti tidak mampu, e.. masih tidak mau memberi kesempatan kepada yang muda untuk memimpin." Sejenak Ayah terdiam kemudian melanjutkan.

"Orang-orang tua model mereka memang sudah selayaknya disingkirkan. Nah, kamu Nak, harus banyak belajar hidup mulai sekarang, biar tidak jadi kayak orang-orang tua itu nanti. Dan belajar hidup itu tidak ada diajarkan dalam kuliah."

"Iya Ayah. Daripada nonton orang tengkar, ajari aku main catur saja." Ayah menatapku tajam.

"Kamu yakin mau belajar catur?"

"Iya Ayah." Kujawab mantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun