Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas Ada CCTV

7 September 2020   11:01 Diperbarui: 7 September 2020   10:56 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

CCTV (Closed Circuit Television) atau Televisi Sirkuit Tertutup artinya TV yang menggunakan sinyal yang bersifat tertutup, tidak seperti televisi biasa yang merupakan sinyal siaran terbuka dan bisa diakses dari luar. CCTV merupakan surveillance camera system atau kamera pengawas. CCTV digunakan untuk mengawasi dan merekam segala bentuk aktifitas dalam suatu area / lokasi.

Sekarang sudah banyak tempat-tempat publik di pasang CCTV, seperti di Pasar, Rumah Sakit, Terminal, persimpangan, selasar jalan-jalan besar, titik-titik rawan kecelakaan atau kriminal dan sebagainya. Di toko atau swalayan kita juga sudah kerap melihat keberadaan benda tersebut. 

Bahkan dalam ruang-ruang khusus seperti ruang Ujian Nasional di banyak sekolah sudah dipasang CCTV. Sampai di ruang yang paling sempit yaitu ruang ATM, CCTV sudah seperti jadi barang wajib. Dan mungkin jika kita jeli, sudah banyak juga CCTV dipasang di rumah-rumah suci peribadatan. "Awas! Manusia punya potensi jahat di mana saja dia berada". Itulah pesan tersembunyi iklan produsen CCTV.

Fungsi utama dari CCTV adalah sebagai kamera pengawas. Sehingga keberadaannya seringkali dipasang pada lokasi yang tersembunyi. Saya tidak tahu pasti apa maksud dari penempatan CCTV secara sembunyi. Tapi paling tidak saya bisa meprediksikan dua alasan. Pertama, karena CCTV masih tergolong barang mahal, sehingga rawan pencurian. 

Tapi alasan ini, mungkin sangat naif. Kedua, karena budaya sungkan di Indonesia. Kebanyakan kita merasa risih jika aktifitas kita direkam. Sehingga demi kenyamanan, CCTV itu disembunyikan setersembunyi mungkin. Alasan ini pun saya yakin belum tentu benar.

CCTV adalah teknologi yang dihasilkan dari rasa curiga manusia dan kehawatiran terhadap berbagai ancaman yang ditebarkan oleh sesama. CCTV hadir sebagai solusi perselisihan dan juga sebagai alat bantu yang cukup penting dalam dunia hukum pembuktian. Ketika terjadi pencurian di sebuah toko misalnya, dengan cepat akan diketahui pelakunya ketika mereka terekam dengan CCTV. 

Jadi jelas sekali bahwa CCTV adalah produk dari rasa khawatir manusia terhadap sesamanya. Itulah saya kira mengapa CCTV keberadaannya selalu digembar-gemborkan namun penempatannya disembunyikan. Hal ini tentu untuk memberikan efek kepada semua orang bahwa mereka tengah dalam pengawasan.

Tuhan juga memiliki CCTV. Bahkan lebih canggih dari semua teknologi yang ada. Tuhan menyatakan telah menempatkan dua petugas untuk merekam semua bentuk perilaku manusia baik yang nyata atau bahkan yang masih dalam bentuk niat saja. "Dan kelak, ketika hari perhitungan dimana Tuhan meminta pertanggungjawaban, rekaman itu akan diputar ulang", kata seorang ustad di Tipi menjelaskan.

Dulu, ketika masuk dalam perpustakaan, saya selalu tolah-toleh sekitar dan longak-longok ke atas pojokan dinding, adakah CCTV di sana? Jika ada, saya sering urung untuk merealisasikan niat jahat menguntit satu dua buku. Namun begitu dalam investigasi singkat saya tidak temukan sosok CCTV, maka ada secercah harapan "niat memperluas ilmu" bisa terealisasikan. Saya sering lupa, bahwa ada CCTV Tuhan yang tidak kenal batas lokasi, waktu dan tenaga listrik.

Dalil-dalil agama yang menyatakan bahwa Tuhan Maha Melihat, Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang rahasia maupun yang tampak, terasa seperti pepesan kosong. Toh masih banyak peristiwa jahat dan memalukan seperti korupsi yang diperbuat manusia. Kita lebih merasa takut dan berhati-hati ketika masuk sebuah minimarket dan di pintunya tertulis, "AWAS! ADA CCTV!"

Syarif_Enha@TamanSiswa, 2013

*Pernah dipublikasikan dalam Blletin Mocopat Syafaat 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun