Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Shalat

11 Agustus 2020   06:33 Diperbarui: 11 Agustus 2020   06:34 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tapi baiknya kan shalat di awal waktu."

"Iya, tapi kalau di awal waktu lagi gak siap, ya mending nanti, yang penting masih di dalam waktu shalatnya, iya kan?" Ahmad menjawab dengan tak mengacuhkan temannya, dia mecoba mengatupkan kelopak matanya.

"Terserahlah, aku mau shalat sekarang aja." Abdul merasa sudah tak ada guna mengajak temannya itu. Ia pun beranjak melangkah untuk shalat.

"Ya, silahkan, salam ya buat malaikat yang nulis ibadah shalatmu, bilang kalau aku telat dikit shalatnya." Tanggapan Ahmad membuat Abdul mengurungkan niatnya untuk terus melangkah ke ke Masjid, ia merasa Ahamad sudah keterlaluan. Ia kembali dan berujar memperingatkan dengan sedikit keras.

"Heh, kamu gak boleh main-main dengan seperti itu, kualat kapok kamu!"

"Ha ha ha. Kualat? Apa itu? Itu bahasa tahayul. Insyaflah Dul. Syahadat lagi kamu." Dengan nada bercanda Ahmad masih menanggapi sahabatnya dengan mata terpejam menikmati belaian angin siang yang menyejukkan. Tapi agaknya Abdul merasa diremehkan.

"Kamu yang seharusnya syahadat lagi, Tuhan kok dipermainkan. Bisa jadi kafir kamu Mad." Mendengar perkataan Abdul, kontan Ahmad bangun dan menatap tajam temannya itu. Ia merasa itu sudah sangat keterlaluan.

"Oit.... Kafir?! Aduh, Dul. Boleh kamu bilang aku kurang ajar. Boleh kamu bilang aku malas. Tapi, tapi, kafir...?! Aduh, janganlah Dul. Itu adalah sebutan yang paling buruk, tau gak sih kamu...?!" Ahmad berkata-kata seperti tak percaya ucapan temannya itu.

"Tau, tapi itu memang yang pantas buat kamu. Pantas buat orang yang mempermainkan Tuhan dan tidak patuh pada apa yang diperintahkan. Gak mau shalat hanya karena malas. Uh memalukan!" Abdul kembali beranjak untuk menuju tempat wudlu, namun tertahan dengan ucapan Ahmad.

"Eh Dul. Jaga mulut kamu kalau bicara. Jelek-jelek gini, aku masih percaya sama Gusti yang maha Agung. Imanku masih lengkap. Keyakinanku masih penuh. Kamu jangan seenaknya nuduh kayak gitu. Aku Islam tulen, jangan kau kafirkan aku hanya karena malas. Jangan-jangan kamu yang kafir, shalat dan banyak ibadah hanya karena menuhankan pahala. Tuhan sendiri tak pentingkan bagimu...?!" Ahmad mulai menunjuk-nunjukkan jarinya, persis seperti orang yang sedang berorasi.

"Mad, kamu sudah keterlaluan. Dinasehatin baik-baik, malah nantang adu ilmu. Aku ini juga sudah banyak ngaji, sama seperti kamu. Kok bisa-bisanya kamu menggurui aku. Emang siapa kamu...!" Habis berkata-kata, Abdul benar-benar bulat melangkah ke masjid, ia tidak lagi mungkin melayani temannya yang ia anggap pemalas itu, sampai akhirnya ia merasa perlu untuk kembali ketika mendengar ejekan Ahmad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun