Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita dan "Kewanitaannya"

28 Juli 2020   06:58 Diperbarui: 28 Juli 2020   07:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Usaha-usaha tersebut pada saat ini sudah bisa dikatakan berhasil. Jumlah wanita yang sekolah sampai perguruan tinggi semakin banyak, jumlah angkatan kerja wanita sudah semakin tinggi. Semua itu tidak terlepas dari peran adanya banyak lembaga swadaya masyarkat maupun pusat-pusat studi tentang wanita yang dengan konsisten menyuarakan suara nurani wanita untuk maju.

Meskipun saat ini, dalam kuantitas wanita belum sebanding dengan pria dalam ranah publik, tetapi dalam jangka waktu lima sampai sepuluh tahun lagi, jumlah wanita yang telah mengenyam pendidikan tinggi, akan siap terjun langsung di ranah publik dalam masyarakat. Sehingga jumlah mereka akan mampu mensejajarkan diri dengan jumlah pria.

Mestinya kita bisa secara adil dalam menilai, bahwa pembukaan peluang seluas-luasnya adalah untuk mengakomodir kompetensi wanita di dunia publik, bukan untuk menghilangkan peran mereka dalam keluarga. Sehingga, setiap wanita memiliki pilihannya masing-masing, akan bekerja dalam bidang publik atau domestik, semua memiliki satu nilai kemuliaan, tidak ada pembedaan.

Wanita dan Media
Beberapa media massa hari ini, telah banyak yang memberikan space khusus bagi kaum wanita. Baik melalui koran harian, bulletin, majalah sampai pada jurnal. Dan yang kita saksikan dalam beberapa space khusus itu adalah kekhususan wanita itu sendiri, seperti fashion, keluarga, kuliner sampai pada kosmetik. Informasi kiprah wanita dalam kehidupan secara umum justru tidak begitu tersorot.

Peran media sangat penting untuk mencitrakan dan memulai pengikisan terhadap stereotype tentang wanita. Eksploitasi wanita dalam iklan berbagai produk, tidak membantu mengangkat harkat dan martabat wanita, justru menempatkan wanita sebagai objek semata. 

Wanita ada dalam setiap promosi suatu produk hanya dijadikan sebagai alat penarik konsumuen, artinya wanita di sini yang ditampakkan bukanlah perannya, bukan intelektualitasnya, bukan kemanusiaannya, tetapi justru kewanitaannya, yang jelas menonnjolkan kewanitaannya. 

Menurut penulis ini tidak sejalan dengan arah pembangunan wanita yang sesungguhnya. Karena peran wanita dalam wilayah publik bukan berarti mengekspos kewanitaannya ke depan publik.

Pembangunan mesti didukung oleh semua pihak, tidak terkecuali media. Karena sehebat apapun peran wanita di semua wilayah, tanpa ada media yang memediasinya, atau justru penempatan yang kurang tepat dalam media, justru akan menjerumuskan wanita dalam eksploitasi yang menurut penulis adalah bentuk kekerasan terhadap wanita sendiri secara umum, dan secara tidak langsung juga kekerasan terhadap pria.

Wanita dan kewanitaan
Satu pola hubungan yang kurang selaras memang, ketika wanita dan pria dalam hubungan sisial politik dibedakan. Secara hak, mereka memiliki hak yang sama. Mestinya kaca mata yang kita gunakan dalam melihat persoalan peran wanita dan pria juga harus di bedakan. 

Misal dalam keluarga, pola hubungannya mestinya adalah antara seorang pria dan wanita, baik secara biologis maupun psikis. Sedangkan dalam ranah sosial antara wanita dan pria harus dilihat sebagai insan manusia yang sama sebagai makhluk Tuhan.

Dengan kacamata pandang seperti itu, maka tidak perlu kemudian wanita meminta hak khusus untuk memiliki space khusus dalam ruang publik untuk persoalan sosial, karena pada dasarnya mereka dilihat bukan wanitanya tapi perannya atau kompetensinya. Sehingga kita tidak akan memungkiri bahwa di Aceh ada Cut Nya Dien, di Jawa ada Kartini, di Pakistan ada Benazir Buto, di Indoensia ada Megawati, dan tokoh-tokoh wanita yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun