Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ajaran Tuhan tentang Belajar Membaca

8 Juli 2020   00:36 Diperbarui: 8 Juli 2020   00:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebanyakan manusia merasa puas dan bangga dengan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga menutup diri dari keberadaan argumen di luar dirinya. Dalam bahasa lain, mereka telah memenuhi cangkir ilmu mereka sehingga apapun ilmu yang ditawarkan dan disiramkan kepada mereka, akan meluber dan sia-sia.

Penempatan diri berada di atas dan berlebih (merasa lebih pandai) ketika kita memutuskan untuk membaca adalah sebuah kekeliruan besar. Hikmah tidak akan hinggap pada hati yang menjulang tinggi, namun menyapa hati-hati yang merunduk dalam. Merasa cukup dalam berilmu adalah penghalang besar dalam menuntut ilmu.

Dalam ayat yang kemudian (8), Allah memperingatkan bahwa tindakan seperti itu (merasa cukup dalam keilmuan) hanya akan berbuah sesal, karena hanya kepada Allah semuanya akan kembali. Artinya semua hal itu akan kembali ke asal, termasuk ilmu itu sendiri. tersirat ancaman Tuhan di sini. Yaitu jika kau tetap bersikap demikian, maka persiapkan dirimu untuk terjerumus dalam kebodohan!

Dialektika

Pada ayat 9 hingga akhir, Allah mengajak kita berdialektika. Allah seperti bertanya kepada kita, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang melarang seorang hamba yang tengah shalat? Sedangkan setahu kamu dia itu adalah orang yang pandai dan selalu mengajak kepada kebaikan dan ketaqwaan. Bagaimana jika ternyata orang yang melarang itu mendustkan dan berpaling?

Sekilas dengan membaca teks demikian kita akan menemukan ketidak jelasan. Bagaimana mungkin seorang yang mengajak kepada kebenaran malah justru melarang seseorang menjalankan shalat? Dan mengapa pula Allah masih bertanya kepada kita tentang sikap kita kepada orang yang melarang orang shalat sedang dia pendusta dan ingkar?

Setelah Allah mengajarkan kita cara membaca dengan benar, barangkali pertanyaan-pertanyaan itu adalah sebuah bentuk evaluasi bagi kita. Apakah cara membaca sudah benar atau belum. Apakah hasil kesimpulan kita sudah merujuk yang dimaksud Allah atau belum. 

Kita jangan khawatir akan tersesat dalam jawaban yang keliru, karena Allah sendiri telah memberikan kunci jawabannya dalam ayat berikutnya, yaitu ayat ke 14 hingga akhir. Allah menyatakan dengan jelas, tidakkah dia tahu bahwa Allah melihat segala perbuatannya? Jawaban Allah dalam bentuk pertanyaan ini cukup sudah memberikan pemahaman yang lengkap.

Untuk menemukan nilai kebenaran dalam sebuah ungkapan yang dikemukakan seseorang, haruslah dicross ceck dengan perilaku orang yang bicara tersebut. Apakah benar dia berkata itu sesuai dengan nilai-nilai yang di pegang, ataukah dia hanya seorang pendusta yang ingkar. Ini merupakan metode penemuan kebenaran yang korespondensif. Yaitu kebenaran bisa dikatakan benar adalah ketika memiliki satu harmonisasi dengan postulat kebenaran-kebenaran yang lain.

Dalam ayat-ayat berikutnya Allah memberikan ancaman yang mengerikan kepada orang-orang yang bicara dan berkata dengan tidak berbasis kepada nilai-nilai keliahian yang dia pegang. Ketika seorang pendusta dan ingkar berbicara tentang ketaatan maka sebenarnya baginya yang ia sampaikan bukan kebenaran, melainkan kebohongan. 

Jika masih saja dia meneruskan perbuatan semacam itu, maka Allah tidak segan-segan untuk membinasakannya. Dalam surat ini dijelaskan Allah akan memerintahkan malaikat Zabaniyah untuk menarik ubun-ubun mereka, dan mereka tidak memiliki penolong sekalipun didatangkan segolongan manusia dari kelompok mereka, akan sia-sia adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun