Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibadah dan Demokrasi

23 Juni 2020   08:39 Diperbarui: 23 Juni 2020   08:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam agama, hanya dalam ibadah mahdhoh-lah jalan yang disebut sebagai substansi. Tidak boleh diubah dan dikoreksi. Sudah sejak begitu dari sono-nya. Contoh: shalat, puasa, haji dll. Selebihnya di luar itu, yang disebut substansi adalah tujuannya. Jalan bisa bervariasi, namun tujuan tetap sama.

Kesalahan cara melakukan shalat menjadikan shalat itu tertolak. Sebaliknya tata cara yang dilakukan benar, maka meski tidak selalu dibarengi dengan khusukan, seringkali dipandang tidak bermasalah. 

Bahkan dalam tingkat kepercayaan puncak, menjalankan laku shalat sesuai dengan tata cara yang benar, mampu memberikan pengaruh positif pada tubuh biologis manusia, bahkan disebutkan, jika shalatnya benar, maka ia mampu membentuk sikap dan perilaku manusianya. 

Begitu dahsyat shalat dan berbagai bentuk ibadah mahdhoh yang disyariatkan Islam. Tentu saja, bisa demikian, karena itu semua bukan buatan dan rekayasa manusia, melainkan Tuhan. Sehingga Tuhan bisa saja menyisipkan aspek spirit dari laku fisik ibadah-ibadah itu.

Di luar itu, banyak perilaku positif manusia yang membawa pada kemaslahatan. Dengan jumlah manusia yang bermilyar-milyar, jalan kebaikan memiliki jumlah yang mungkin lebih banyak dari jumlah manusia itu sendiri. 

Karena satu orang manusia, memiliki begitu banyak peran, dan masing-masing peran berkonsekuensi begitu banyak aktivitas, dan setiap aktivitas bisa jadi ada begitu banyak kegiatan yang melahirkan buah-buah kebaikan. 

Dalam hal ini kita sepakat, bahwa satu kebaikan ditempuh dengan berbagai jalan. Dengan demikian, kesepakatan nilai yang dibangun adalah, bahwa jalan kebaikan itu mengantarkan kepada kebaikan. 

Jalan yang belum nyata baik, bisa jadi mengantarkan pula pada kebaikan. Standar ukurnya adalah apakah dia mengantarkan kepada kebaikan ataukah tidak. Jika jalan itu sudah menimbulkan kerugian, ancaman serta rusak dan hilangnya hak orang lain, maka jelas itu bukan kebaikan.

Dalam wilayah agama yang mengandung credo, kita bisa langsung OK pada ajaran yang diyakini, namun di luar agama, apakah juga kita akan dan harus iman buta pada setiap keputusan penguasa? Misalnya dengan diambilnya keputusan penggunaan demokrasi dalam peralihan dan pergantian kepemimpinan.

Demokrasi adalah cara/jalan yang dipilih untuk menentukan pemimpin negara. Demokrasi adalah metode yang kita impor dari dunia antah berantah setelah doktrin modernitas kita telan. 

Bahwa demokrasi adalah cara paling modern, menjadikan kita merasa "ndeso" jika tidak ikut-ikutan demokrasi. Secara membabi buta dan gengsi, kita pilih demokrasi tanpa kita pertimbangkan apakah rakyat, masyarakat kita sudah siap berdemokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun