Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Problematika Kloning Manusia

2 Juni 2020   09:09 Diperbarui: 2 Juni 2020   09:00 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kloning dalam satu sisi adalah sebuah prestasi luar biasa yang dihasilkan para ilmuwan. Dalam satu sisi yang lain, kloning menimbulkan kekhawatiran ketika ia kemudian dikembangkan tanpa kendali moral dan agama. Sebuah adagium yang kiranya sangat kita kenal bahwa ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Ada hubungan simbiosis mutualisme antara agama dan ilmu. Kesatuan antara agama dan ilmu akan mampu mewujudkan sebuah produk yang selain bermanfaat bagi manusia, ia tidak akan menimbulkan kemadlorotan. Karena ilmu dan teknologi ada, salah satunya untuk mempermudah hidup manusia, dan agama ada adalah untuk menjaga manusia dari kesesatan.

Kloning manusia adalah sebuah problem lama yang selalu menjadi perdebatan. Dua pihak yang bersebrangan pemikiran mengenai kloning manusia. Kaum moralis dan agamawan, adalah kelompok yang dengan keras menentang adanya kloning manusia. Tentu saja ada alasan yang mendasarinya, bahwa kloning manusia akan merubah kenaturalan manusia itu sendiri, manusia akan berubah menjadi objek, bukan lagi subjek dalam tatanan sosial, karena ia mampu dimodifikasi sedemikian rupa guna memenuhi hasrat intelektual yang selalu haus dengan hal baru. Di khawairkan juga, ketika manusia sudah mampu menciptakan manusia-manusia unggul, dengan bibit yang prima, akan muncul kesenjangan ras, yang akan menimbulkan masalah tersendiri. Sudah cukup sejarah manusia mencatat, pertumpahan darah dan perbudakan, karena adanya paham perbedaan kelas manusia.

Selain itu, dengan adanya kloning manusia, maka manusia telah berarti telah menyaingi Tuhan, sebagai pihak yang memiliki otoritas kekuasaan untuk menciptakan manusia. Dari sini lah mengapa kaum agamawan sangat menentang karena akan mampu membuahkan sebuah pola pikir anti Tuhan, dengan kemampuan manusia sendiri menciptakan manusia. Dari segi medis, dinyatakan bahwa, hasil kloning dalam perkembangannya belum diketahui, dampak apa saja yang akan timbul dari proses kloning tersebut. Sehingga keinginan untuk menkloning manusia adalah sangat menghinakan manusia itu sendiri sebagai bahan percobaan.

Sementara pihak yang merasa bahwa kloning manusia sudah tiba saatnya, melandaskan pada beberapa penelitian empiris yang secara nyata dalam hewan mampu menghasilkan kloning yang mampu bertahan hidup. Selain itu dari dunia medis, kloning manusia sangat dibutuhkan, terutama berkaitan dengan penyediaan organ-organ dalam yang sulit dicarikan ganti, dan ketika proses pencangkokan organ dalam tidak selalu berhasil dan cenderung lebih besar potensial gagal. Dengan kloning maka, orang tidak perlu khawatir akan ketidak adaannya organ dalam, karena dapat diambil dari manusia kloning dari dirinya, sehingga dapat dipastikan organ dalamnya akan cocok.

Menurut Hemat Penulis.......

Kloning manusia adalah tidak sesuai dengan fitrah manusia yang telah tercipta hidup berpasang-pasangan. Dengan adanya kloning, maka seorang wanita bisa mendapatkan anak hanya dari gennya sediri tanpa harus ada laki-laki. Ini akan menimbulkan ketidak seimbangan tersendiri dalam tatanan sosial manusia itu sendiri.

Kedua, bahwa manusia tercipta sebagai mahluk yang paling sempurna, dengan dibekali ilmu dan bahasa. Ketika kemudian manusia menkloning manusia, maka manusia hasil kloning adalah bukan manusia, karena dia alat yang dibuat oleh manusia, sehingga ia menjadi objek ilmu pengetahuan. Ini jelas, akan merendahkan martabat manusia itu sendiri.

Jika dilihat dari segi medis, maka manusia kloning terlahir hanya untuk dibunuh. Ia lahir untuk dapat dimanfaatkan organ tubuhnya agar mampu mempertahankan hidup orang yang mengkoningkan dirinya. Ini adalah pertanyaan besar, jika demikian, apakah manusia kloning lahir hanya untuk mati?

Ini adalah pelanggaran terhadap kemanusiaan. Ketika kloning manusia terjadi, berarti telah melanggar hak anak tersebut. Karena pada dasarnya ia belum tentu ingin dirinya memiliki saudara kloning, karena ketika mereka berdua hidup bersama, sebenarnya adalah satu gen. Kecuali kemudian memang manusia hasil kloning tersebut tidak memiliki hak untuk memilih tidak hidup dari kloning. Ini adalah sebuah bentuk pelanggaran kemanusiaan.

Jadi pada dasarnya, manusia adalah mahluk yang memiliki kemampuan lebih berdasarkan daya kreasi dan eksploitasinya. Seluruh alam diperuntukkan bagi manusia. Seluruh manusia adalah berkedudukan sama, ketika manusia menciptakan manusia, maka akan muncul manusia mengeksploitasi manusia. Ini sangat bertentangan dengan nilai moral dan semua agama yang ada di dunia ini.

WALLAHUA'LAM BISSHOWAB

Syarif_Enha@Semarang, 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun