Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melukis Masa Depan

25 Mei 2020   00:35 Diperbarui: 25 Mei 2020   00:30 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua orang termasuk kita mengharapkan masa depan yang indah. Tetapi apa yang telah kita persipakan untuk sebuah masa depan, dan masa depan yang mana yang kita persipakan?

Rasulullah menuntun kita dalam, sebuah hadits: "barang siapa yang menginginkan dunia, maka tidak lain dengan ilmu, barang sipa yang menginginkan akhirat maka tidak lain dengan ilmu, dan siapa saja yang menginginkan keduanya maka tidak lain hanya dengan ilmu"(Al Hadits). Artinya, ada sebuah proses awal, yang perlu dilalui seseorang untuk meraih masa depannya, di dunia maupun di akherat, yakni dengan menuntut ilmu.

Ilmu sebagai sebuah langkah awal untuk mempersiapkan diri kita menyongsong masa depan. Sehingga apa yang sedang dan telah kita pelajari, tentunya menjadi penunjang dan landasan, untuk bisa mendapatkan masa depan yang kita harapkan. Maka kembalilah bertanya, kepada diri kita masing-masing, sudah cukupkah ilmu yang kita miliki sebagai syarat mutlak mendapatkan masa depan yang cerah?

Tahap selanjutnya, Allah SW menjelaskan dalam firman Nya; "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri" (Ar Ra'd: 11). Kata merubah adalah berbentuk aktif, dimana kita dituntut untuk selalu giat dan pantang menyerah dalam setiap kesulitan.

Semangat kerja sangat dituntut untuk sebuah perubahan. Setiap rencana yang kita konsepkan, mesti dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan semangat. Ada suatu istilah yang populer "man jadda wajada" (siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil).

Sehingga, sangatlah tepat ketika Allah SWT mengintruksikan; "maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-gunguh (urusan) yang lain" (Al Insyirah: 7). Waktu sangat penting untuk diperhatikan. Jangan jerumuskan diri kita, dalam buaian waktu yang melenakan jiwa. Segera bangkit, dan beraksi ketika suatu urusan telah selesai, untuk segera menyelesaikan urusan yang lain.

Terakhir, kita tidak boleh melupakan do'a. "Berdoalah kepada Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (Al Mu'min: 60). Peran do'a akan sangat kita rasakan, bukan pada tataran fisik, tetapi akan kita rasakan, ketika kita merasa tenang dalam tawakkal kepada Allah semata.

Apapun yang akan terjadi kemudian, kepasrahan dengan do'a dan tawakkal, akan membimbing kita untuk tetap qonaah, ketika belum berhasil, dan tetap tawadlu' ketika berhasil.

Kegagalan, boleh jadi adalah sebuah karunia, karena mungkin dengan kemenangan dan keberhasilan akan menyebabkan diri kita dzolim kepada orang lain maupun diri sendiri. Tidak sedikit, orang kemudian sombong dan lalai karena keberhasilannya.

Allah memberikan buah atas segala upaya yang kita lakukan, baik itu sebuah amalan ibadah atau bahkan maksiat. Pada prinsipnya, Allah memberi sesuai apa yang kita usahakan. Allah menyatakan: "Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya" (Al Baqarah: 286).

 Pilihan ada ditangan kita, bagi yang mengharapkan masa depan dunia akherat cerah, tahap perencanaan (ilmu), haruslah matang, dengan diikuti etos kerja yang tinggi, serta dilengkapi dengan do'a dan qonaah.

 Wallahua'lam bisshowab.
Syarif_Enha@Pelemwulung, 2008

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun