Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Media Sosial dan Revolusi Kebenaran

15 April 2020   07:29 Diperbarui: 15 April 2020   07:40 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua orang berani berkomentar. Semua orang berani membuat statmen. Bahkan meski kadang ungkapan-ungkapan di media social itu hanya bisa muncul di sana saja. Artinya ketika dalam dunia nyata manusia-manusia garang itu adalah sosok yang lembut, sosok yang ramah. Namun begitu masuk di dunia maya, kalimat-kalimat yang muncul sangat memerahkan telinga.

Inilah yang saya sebut revolusi keberanian. Atau mungkin saya salah. Ini bukan revolusi keberanian, tapi penampakan senyatanya karakter keberanian bangsa Indonesia? Atau jangan-jangan semua bangsa memiliki karakter yang demikian. Bahwa manusia itu sebenarnya tidak ada yang merdeka. 

Mereka bersikap karena terpengaruh dan dipengaruhi lingkungan di mana mereka berada. Mau teriak keras tidak berani karena ada tetangga yang akan marah. Bisa repot hidupnya. Dan seterusnya. Ketika mereka menemukan dunia tanpa penjaga, dunia tanpa tetangga, dunia tanpa batas, dunia tanpa hukum, dan dunia tanpa konsekuensi, manusia memunculkan naluri asalinya. Garang. Homo homini lupus.

Jika anda berpikir hukum itu omong kosong. Jika anda menyangka norma etika, akhlaq, dan adat istiadat tidak berarti. Jika anda punya dugaan bahwa manusia baik itu asalnya memang baik, dan manusia buruk asalinya memang buruk. Maka tengoklah di media sosial. tengok dan perhatikan, bagaimana dunia tanpa norma hukum dan etika. 

Dunia yang tidak ada konsekuensi langsung kepada pengguna. Dunia yang tidak membatasi. Dunia yang membebaskan. Maka anda akan temui betapa semua yang anda sebuat tiada guna dan omng kosong itu benar-benar punya pengaruh besar. Betapa mudah orang mengunggah konten negatif, kemudian menutup ikon yang dimilikinya, dan tidak lama membuka kembali akun baru sama sekali. Tanpa tersentuh. Sementara aroma konten negatif itu sudah menyebar begitu luas tak terkendali.

Apa yang rupanya kita panen sekarang, berupa fenomena kekerasan, ujaran kebencian, tensi tinggi, sampai potensi perpecahan, itu semua adalah buah dari kemerdekaan. Kemerdekaan yang digadang-gadang dan dituntut oleh semua pihak, kenyataannya tidak membuahkan apapun kecuali kekacauan.

Jika kembali kepada agama, ia berfungsi sebagai sebuah norma yang mengatur tata kehidupan bersama masyarakat. Tuhan menurunkan agama sebagai belenggu. Jika ada yang menyatakan agama itu menindas, membatasi, dan memaksa, itu benar belaka. Karena hidup itu harus ada batas. Agama mengajarkan konsekuensi logis. Agama menginformasikan balasan setimpal, sesuai dengan apa yang dilakukan. agama memberikan keyakinan bahwa Tuhan itu Maha Adil. Tidak ada yang bisa lari dari perhitungan keadilan Tuhan. Tidak seorangpun.

Masih beranikah anda main-main? Sadarlah, bahwa kita menyebut internet sebagai dunia maya, karena dia memang tidak nyata. Di sana hanya ada angan-angan. Jangan terlalu serius. [Syarif_Enha@Nitikan_23 Maret 2019]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun