Apa pekerjaan termudah kita? Menilai orang lain, itulah jawabnya. Berkisah tentang keburukan orang lain, kita bisa jadi hampir sempurna. Tidak tertinggal sedikitpun. Konon, menilai orang lain adalah perbuatan yang menyenangkan dan menggairahkan. Begitu menurut kebanyakan orang. Kalo udah urusan "ngomongin" orang, adrenalis mendadak bangkit. Bikin ketagihan. Dan akhirnya lupa keburukan diri sendiri ? Introspeksi diri, kiranya menjadi pesan yang paling pas dalam memperingati Maaulid Nabi Muhammad SAW tahun ini. Ya, setiap kita wajib intropeksi diri. Merenung dan menghitung seberapa banyak kebaikan yang telah kita perbuat, berbanding dengan keburukan yang kita lakukan. Maulid Nabi bukanlah perayaan seremonial semata. Bukan pula acara rutin tahunan. Makna Maulid Nabi adalah seberapa mampu kita meneruskan perjuangan dan cita-cita beliau. Sekali lagi, Maulid kita jadikan ajang introspeksi diri, bukan ajang menghibur diri. Kita patut introspeksi, apa yang salah dengan sikap dan perilaku kita dalam hidup ini? Masihkah ada keberssamaan yang positif? Atau dimana kebaikan kita untuk orang lain? Bersediakah kita untuk lebih baik dari hari ini? Untuk keluarga, untuk orang lain, bahkan untuk pekerjaan kita? Masihkah kita bertahan dengan retorika kita sendiri? Spirit Maulid nabi adalah keinsfan nurani, bukan raga. Peringatan Maulid Nabi harus menjadi momentum untuk "mengetuk" hati nurani kita sendiri. Membangun keinsafan nurani. Jangan mau menang sendiri. Jangan suka menyakiti sesama. Mau berlapang dada dan mengalah. Tidak membuka aib orang lain. Hidup tanpa keluh kesah. Berpikir positif. Tak perlu ada dendam. Menebar kebaikan pada orang lain. Menyanyangi keluarga, anak, dan orang tua. Dan segala hal yang ada pada hati nurani kita. Keinsafan nurani tercermin dalam sikap dan perbuatan: - Mensyukuri apa yang kita miliki saat ini dan bukan menyukai apa yang tidak kita miliki. - Menerima apa adanya, bukan melakukan karena ada apanya. - Memberi ruang berpikir positif lebih besar daripada berpikir negatif Bukankah hidup hanya bagaikan sebuah mimpi? Seindah apapun hidup, saat kita terbangun semuanya akan sirna. Tak berbekas. Rumah mewah, harta benda yang tak terhitung, kedudukan, dan jabatan yang keren semuanya akan sirna di saat "nafas terakhir" tiba. Saat kematian tiba, sebatang jarum pun tak bisa kita bawa, sehelai benang pun tak bisa dimiliki. Tidak ada alagi yang ingin kita perebutkan, tidak lagi ada kesombongan. Itulah keinsafan nurani. Maulid Nabi sama dengan Keinsafan Nurani, karena kita: 1. Bersungguh-sungguh di dunia untuk kebahagiaan di akhirat 2. Tidak melalaikan kewajiban dan hak dalam kehidupan sehari-hari 3. Mau berbuat baik kepada sesama 4. Memelihara keseimbangan dengan manusia dan lingkungan Hari ini, tidak banyak dari kita yang menyadari Keberadaan-Nya. Banyak dari kita yang mulai melupakan-Nua demi kesenangan dunia. Jadi, beberapa menit yang indah ini, mari kitra tenangkan diri, rasakan kehadiran-Nya dan dengarkan suara-Nya untuk memanggil hati nurani kita karena DIA selalu bersama kita ....