Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Bijaksana Tapi Tindakan Ceroboh

3 Juli 2017   23:32 Diperbarui: 4 Juli 2017   02:34 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balik lagi nih. Soal terlalu cepat menyimpulkan.

TERLALU CEPAT MENYIMPULKAN terjadi karena pikiran bijaksana tapi tindakan ceroboh.

Ceroboh banget sih. Kalo apa-apa itu terlalu cepat disimpulkan. Apalagi kalo sampe penikaman polisi dianggap "setingan". Kok bisa mikirnya sampe kayak gitu?

Gak tahu kenapa ya. Zaman makin maju gini. Tapi malah makin banyak orang yang modalnya kebenaran kecil "mengaku" sebagai pemilik kebenaran mutlak. Merasa militan, merasa fanatis padahal baru "belajar" kemarin. Abis itu, semua yang beda dianggap salah. Dia doang yang bener. Emangmau ke surga sendirian doang ya.

Pernah ngeliat gak orang yang jingkrak-jingkrak di jalanan sambil teriak-teriak gak? Mungkin sebagian besar bilang itu orang sakit jiwa. Sayang kesimpulan itu salah. Salah banget. Karena orang itu justru saking senengnya "baru" bisa ngeliat pemandangan yang begitu indah. Dia udah 20 20 tahun lebih gak bisa ngeliat karena buta. Baru seminggu dapat "donor mata". Wajar dong, jingkrak-jingkrak kegirangan.

Hati-hati, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Apalagi memvonis.

Sesuatu yang jelek itu belum tentu musibah. Sesuatu yang baik itu belum tentu anugerah. Karena kita, cuma manusia, gak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Kita gak tahu apa yang akan terjadi sesudahnya.

Eling dikit. Gak usah terlalu cepat menyimpulkan

Kalo kita yang "pembenci", kenapa orang lain yang dihujat? Kalo kita yang "pendendam", kenapa orang lain yang dicaci-maki? Gak ciamikk ahh.


Sungguh ceroboh. Kalo terlalu cepat menyimpulkan. Modalnya cuma amarah, emosi dan pikiran negatif doang.


Kawan, gak semua hal kok bisa disimpulkan.

Namanya juga proses. Sabar, ikutin aja dulu. Bisa pahit di depan manis di belakang. Atau sebaliknya, bisa manis di depan pahit di belakang. Gak semua kok yang kita lihat, yang didengar, yang dirasakan bisa disimpulkan. Jangan dong, disamaratakan. Apalagi takarannya cuma otak atau akal kita yang belum tentu mumpuni banget.

Kadang-kadang, gak semua yang terjadi bisa dihubung-hubungkan. Apalagi disimpulkan terlalu cepat. Terkadang juga, kita perlu membiarkan suatu kejadian tetap berdiri sendiri-sendiri. Agar, kita bisa belajar dan mengambil hikmahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun