Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gen Z, Kayak Apa Saat Pensiun?

9 Mei 2025   06:07 Diperbarui: 9 Mei 2025   06:54 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon pensiunan Gen Z  (Sumber: Pribadi)

Namaku Raka. Aku lahir tahun 2000, bagian dari generasi Z yang tumbuh bersama teknologi. Aku memang cenderung konsumtif. Kata orang, aku ini suka menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak terlalu penting. Mungkin orang-orang itu salah, karena aku memang ingin "menikmati hidup".

Di usia 20-an, hidupku terasa cepat dan penuh warna. Bekerja di perusahaan startup keren. Aku memang tidak loyal tapi bekerja dengan efektif. Senang nongkrong di kafe, healing ke Bali, beli gadget terbaru, semua kulakukan tanpa ragu. "Duit-duit gue ini, nikmatin ajalah" ujarku pada orang-orang yang mencibir.

Waktu itu, kupikir menabung untuk pensiun itu masalah nanti. Urusan pensiun gimana nantilah, kan masih lama. "Toh aku masih muda. Nikmati aja dulu hidup," begitu pikirku. Gaji lumayan, tapi sebagian besar habis untuk gaya hidup dan beli-beli barang yang online. Asyik pokoknya deh hidupku.

Orang tuaku pernah mengingatkan, "Nak, sisihkan uangmu. Hidup itu tak selamanya muda." Tapi nasihat itu seringkali hanya mampir di telinga, tak pernah tinggal lama di hati. Boro-boro siapin pensiun, kepikiran bakal pensiun aja nggak. Anak muda kok mikirin pensiun, iya nggak?

Tahun demi tahun berlalu. Tidak terasa, umurku kini 58. Perusahaan startup tempatku dulu bekerja sudah lama bangkrut, dan aku tidak punya dana pensiun. Saat bekerja dulu, aku menganggap dana pensiun tidak penting. Tabungan? Hampir nihil. Investasi? Tidak sempat, kataku waktu muda.

Sekarang, di usia senja, aku masih bekerja serabutan, jadi driver ojek online. Kadang, ada orderan antar barang pun aku lakukan. Badanku sudah tak sekuat dulu. Tapi harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku bersama istri. Anakku sendiri juga berjuang untuk ekonomi keluarganya.

Dulu, aku terlalu sibuk mengejar gaya hidup, lupa menyiapkan masa tua. Tidak punya dana pensiun. Kini, aku menatap anak-anak muda yang duduk di kafe, tertawa di depan laptop sambil bermain game online, seperti aku dulu. Andai saja aku bisa berbisik kepada mereka: "Menikmati hidup itu penting, tapi menyiapkan hari tua ternyata jauh lebih penting." Agar kerja yes, pensiun oke.

Sayang, waktu tidak bisa aku putar kembali. Terbukti, menyiapkan masa pensiun sejak dini penting banget. Masa pensiun itu bukan soal waktu tapi soal keadaan, mau seperti apa kita di hari tua? Maka, mau tidak mau, saat masih bekerja ada baiknya sisihkan gaji untuk hari tua. Agar tidak merana di hari tua. Walau sudah terlambat, kini aku baru sadar. Betapa pentingnya menyiapkan dana pensiun sejak muda, apalagi di tengah gelombang nafsu konsumtif yang tidak pernah berujung.

Memang urusan pensiun, harusnya bukan gimana nanti tapi nanti gimana? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM

Gen Z dan gen kolonial (Sumber: Pribadi)
Gen Z dan gen kolonial (Sumber: Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun