Setelah foto bersama saat temu kangen Angkatan 90 Bahasa Indonesia FPBS IKIP Jakarta, ada pesan moral yang penting. Untuk mencintai diri sendiri, apa adanya bukan ada apanya.
Â
Karena di zaman begini, sulit dihindari, dunia terus mencoba mengarahkan kita. Tidak orang yang bertekad mempengaruhi kita. Untuk menjadi versi yang "diinginkan", untuk menjadi yang disenangi orang lain. Hingga lupa menjadi diri sendiri, sesuai aslinya kita sendiri.
Â
Terus terang, menjadi diri sendiri adalah tindakan pemberontakan yang luhur. Banyak orang menyarankan, menuntut, atau bahkan memaksa agar kita berubah agar cocok,bagar diterima, dan agar dianggap berhasil. Begitulah yang sering terjadi saat ini. Obrolan sederhana terjadi di tepi Situ Cileunca Pengalengan bersama alumni Angkatan 90 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (IKABINDO 90) yang menggelar "Silaturahmi dan Temu Kangen" dalam balutan kebersamaan pada 3-4 Mei 2025 di Pengalengan Bandung Jabar.
Â
Acara langka yang diikuti 30 alumni Angkatan 90 Bahasa Indonesia FPBS IKIP tujuannya sederhana. Untuk menjalin silaturahim dan kebersamaan setelah  35 tahun lalu berjuang bersama belajar di kampus IKIP Jakarta Rawamangun. Ternyata, keutamaan hidup bukan soal menyenangkan orang lain. Tapi soal hidup yang selaras dengan nilai-nilai yang kebaikan dan kebenaran tanpa mengabaikan jati diri. Selalu merajut silaturahim dan menjaga hubungan baik sesama teman seperjuangan.
Â
Hidup yang tidak hanya mengikuti arus, apalagi orang lain. Sebab saya tahu terkadang berdiri sendiri itu lebih aman daripada hanyut bersama keramaian. Komitmen memilih menjauh dari drama. Dari grup yang lebih banyak ngomongin orang daripada cita-cita luhur untuk menjaga sehat lahir dan batin.
Â