Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hikmah Ramadan: Kamu Sudah Kehilangan Banyak Hal, Jangan Sampai Kehilangan Diri Sendiri

10 Maret 2025   09:09 Diperbarui: 10 Maret 2025   09:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngaji bareng anak-anak yatim (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Bagus untuk diingatkan kepada siapapun di bulan puasa ini. Bahwa "kamu sudah kehilangan banyak hal, jangan sampai kehilangan diri sendiri". Kalimat itu bisa ditafsirkan berbagai macam. Tapi intinya, jangan pernah larut dalam duka dan kecewa. Segeralah bangkit untuk memperbaiki diri dan bergeraklah ke arah mana pun yang mau dituju. Bergerak dan bergerak untuk hari esok yang lebih baik.

Kamu sudah kehilangan banyak hal, jangan sampai kehilangan diri sendiri. Pernyataan itu mengingatkan kita untuk fokus pada diri sendiri, bukan fokus pada urusan orang lain. Jangan pernah membandingkan apa yang dimiliki dengan apa yang dipunya orang lain. Kerjakan saja apapun yang harus dikerjakan, nikmati apa yang ada. Karena sejatinya, apapun tidak ada yang tertukar. Semuanya yang ada di dunia ini, memang sudah pantas untuk kita dan sesuai dengan niat dan ikhtiar yang kita lakukan. Sekali lagi, tidak ada yang tertukar.

 

Seorang kawan saya mengeluh. Katanya, hidup gini-gini saja. Kerja dari pagi hingga larut malam. Tapi katanya, ekonomi tetap saja pas-pasan. Pengen punya ini pengen punya itu tetap tidak bisa kebeli. Akhirnya, sering mengeluh dan mulai membandingkan hidupnya dengan orang lain. Sebagai kawan, saya hanya memberi tahu. Bahwa bekerja itu bukan untuk harta atau kaya, melainkan untuk aktualisasi diri. Kalau urusan harta dan kaya, itu mah urusan Allah SWT.

Ada lagi kawan yang hidupnya diatur banget sama waktu. Bersosial nggak bisa karena nggak punya waktu. Membaca buku tidak sempat, tadarusan pun bingung bisanya kapan? Apalagi bersedekah, katanya belum ada waktu yang cocok. Hidupnya diatur sama jam tangannya sendiri. Jadwal aktivitasnya hanya tercantum di kalender yang ada di smartphone-nya. Semuanya ada agendanya, hanya untuk urusan dunia semata. Sangat ketat terhadap waktu tapi urusannya duniawi doang. Terlalu keras mengatur setiap detik dan menit hanya untuk mengejar dunia, hingga lapu untuk diirinya sendiri.

Kita sering lupa. Hanya ada 3 orang yang tidak akan pernah bahagia, Yaitu 1) orang yang menyesali masa lalunya, 2) orang yang mengkhawatirkan masa depannya, dan 3) orang yang gagal menikmati hari sekarang untuk menyeimbangkan urusan dunia dan akhiratnya. Maka nikmatilah hari ini untuk selalu berbuat baik dan menbar manfaat kepada sesama. Tanpa perlu berhitung, tentang untung rugi dari apa yang dikerjakan. Terjebak rutinitas, terkadang justru menjauhkankita dari arti hidup yang sebenarnya.

Adalah hikmah ramadan. Banyak orang menyesal terlalu sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk hal-hal sederhana yang bermakna. Sekadar bercengjrama dengan anak-anak yatim dan kaum jompo, bersosial di taman bacaan, atau membahas yang ringan-ringan untuk kesehatan jiwanya sendiri. Hari ini, banyak orang yang merasa tertekan oleh jadwalnya sendiri, oleh tenggat waktu atau standar hidup yang tinggi. Hingga stress dan gelisah berhari-hari. Sebab terllau focus pada perjalanannnya, bukan pada tujuan akhirnya.

Ingat, kamu sudah kehilangan banyak hal, jangan sampai kehilangan diri sendiri. Salam literasi #NgaubuRead #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi

Santunan kaum jompo (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Santunan kaum jompo (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun