Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nggak Perlu IQ Tinggi Buat Sejahtera di Masa Pensiun, Kenapa?

28 Maret 2023   09:02 Diperbarui: 28 Maret 2023   09:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang dan pekerja mendambakan sejahtera di masa pensiun. Cukup uang dan mampu membiayai kebutuhan hidupnya di hari tua, saat nggak bekerja lagi. Tapi sayangnya, 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali nggak siap untuk pensiun. Maka faktanya, 70% pensiunan pada akhirnya mengalami masalah finansial. Akibat nggak tersedia dana yang cukup di masa pensiun.

Hari ini ada 135 juta pekerja di Indonesia, 60% di sektor informal dan 40% di sektor formal. Tapi sayangnya, hanya 6% saja dari pekerja di sektor formal yang sudah punya program pensiun. Pekerja yang sudah menabung dan mempersiapkan masa pensiunnya. Karena memang, cepat atau lambat, masa pensiun pasti terjadi. Hanya tinggal waktu saja. Lalu, kenapa 94% pekerja lainnya belum menyiapkan program pensiun?

Sejatinya untuk sejahtera di masa pensiun nggak perlu IQ tinggi. Untuk hidup nyaman di hari tua pun nggak perlu pintar. Pensiun yang sejahtera nggak harus ber-IQ 160. Karena syarat untuk sejahtera di masa pensiun memang bukan IQ atau pendidikan tinggi. Gaji dan pangkat pun bukan jaminan seorang pekerja bisa sejahtera di hari tua, apabila nggak punya program pensiun. Jadi, untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera ya punya program pensiun. 

Jadi apa dong yang bisa bikin sejahtera di masa pensiun?

Yang jelas nggak perlu IQ tinggi untuk siapkan masa pensiun sejahtera. Siapapun hanya butuh keberanian untuk bertindak mempersiapkan masa pensiun. Hanya perlu menanamkan kesadaran dalam diri, mau seperti apa di hari tua? Mau susah karena tidak punya uang atau mau sejahtera karena tersedia uang yang cukup di masa pensiun. Sejahtera di masa pensiun nggak butuh diskusi yang berlebihan. Cukup membuka hati, pikiran, dan mata untuk melihat fakta pensiunan yang ada di dekat kita. Mau seperti pensiunan yang mandiri dan sejahtera karena cukup uang di hari tua. Atau mau jadi pensiunan yang mengalami masalah keuangan dan bergantung kepada anak-anaknya karena nggak punya uang cukup untuk membiayai hidup di hari tua.

Faktanya, banyak pekerja "tidak tahu di ketahuannya". Pekerja yang "tahu" mempersiapkan masa pensiun dan hari tua itu penting. Tapi di saat yang sama, si pekerja "tidak tahu" apa yang harus dilakukan untuk pensiun dengan sejahtera. Terlalu asyik dengan gaya hidup dan perilaku konsumtif. Nggak berani melangkah untuk mulai menabung utuk hari tua. Dan nggak mau mempersiapkan masa pensiunnya sendiri di saat masih bekerja. Jadi, hidup mau seperti apa dong di masa pensiun?

   

Maka cara sederhana untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera adalah punya program pensiun. Berani menabung dan menjadi peserta dana pensiun. Dengan mengiur atau menabung Rp. 100.000 per bulan misalnya. Dari sejak bekerja hingga diambil manfaat pensiunnya saat usia pensiun tiba. Selama puluhan tahun jadi peserta dana pensiun, maka akumulasi dana di saat pensiun tentu cukup signifikan. Karena kan ada hasil investasinya selama "disimpan" di dana pensiun. Nah, salah satu cara untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera adalah menjadi peserta DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan).  Karena memang hanya DPLK-lah, program yang menjanjikan manfaat pensiun untuk pekerja. Bukan asuransi, reksadana atau tabungan di bank. Karena hanya di DPLK yang mempersyaratkan pembayaran manfaat pensiun bisa dilakukan bila sudah mencapau usia pensiun (missal 55 tahun).

Untungnya menyiapkan masa pensiun melalui DPLK adalah 1) ada dana yang pasti di saat pensiu, 2) ada jaminan kesinambungan "penghasilan" saat pensiun, dan 3) ada hasil investasi yang optimal selama jadi peserta. Sehingga siapapun yang menjadi peserta DPLK, berhak atas pembayaran manfaat pensiun pada saat mencapai usia pensiun. Dan karena sifatnya jangka panjang, tentu akumulasi dana yang diperoleh sangat signifikan. Insya cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan di hari tua. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun