Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Buku How to Respect Myself, Susah Menghargai Diri Sendiri Mudah Mengacu Orang Lain

8 Januari 2023   07:30 Diperbarui: 8 Januari 2023   07:35 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Saat membaca buku "How to Respect Myself" (2020), pembaca diingatkan bahwa orang-orang dengan harga diri rendah acapkali hanya mampu membicarakan tentang orang lain. Tapi gagal membahas tentang dirinya sendiri. Fokusnya hanya pada standar hidup orang lain, membandingkan secara tidak sehat. Jadi, bagaimana ada kebahagiaan pada orang-orang yang fokusnya kepada orang lain?

Lahirnya buku "How to Respect Myself" karya Yoon Hong Gyun, seorang dokter kejiwaan asal Korea Selatan disebut "seni menghargai diri sendiri". Sangat cocok di tengah "hilangnya" kemampuan banyak orang dalam menghargai diri sendiri. Mereka yang gagal mengenal cara menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Kok bisa ya? Banyak orang lupa, menjaga harga diri itu bukan hal egois, bukan pula ajang untuk meraih gengsi. Justru menjadi ikhtiar untuk membangun kembali harga diri yang turun akibat pengaruh orang lain. Karena apapun, hidup yang nyaman dan Bahagia itu ada di diri sendiri bukan pada orang lain.

Di era media sosial begini, terlalu banyak orang gemar membanding-bandingkan hidupnya dengan orang lain. Gaya hidup, status sosial, pemikiran, bahkan ekonomi kok dijadikan objek perbandingan. Hobby-nya mengontip laju orang lain. Hingga lupa membangun dirinya sendiri. Mau sampai kapan, hidup hanya membanding-bandingkan dengan orang lain? Apa nggak capek? Lupa ya, terobsesi dengan standar hidup orang lain itu melelahkan.

Maka bacalah buku "How to Respect Myself". Agar berani meningkatkan kemampuan menghargai diri sendiri. Di samping menyadarkan pentingnya "cara pandang baru" tentang diri sendiri. Jangan orang lain melulu yang lebih baik tanpa mau mengubah diri sendiri. Nyaman dan Bahagia itu ada pada diri sendiri. Jadi, segeralah ambil keputusan untuk kembali menghargai diri sendiri. 

Gunakan waktu yang tersisa untuk membaca buku-buku yang bermanfaat dan mencerahkan, isi hari-hari dengan kegiatan yang produktif dan bermanfaat bagi banyak orang lain. Karena Anda sangat berharga di mata orang-orang yang membutuhkan kebaikan dan uluran tangan Anda. Cari tempat itu, bukan cari di diri orang lain!

"How to Respect Myself", spirit itulah yang dikembangkan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Aktivitas membaca buku dan literasi dijadikan healing untuk diri sendiri. Anak-anak yang membaca, orang tua yang mengantar anaknya, relawan yang berkiprah, dan orang-orang baik yang berkunjung adalah sarana Latihan untuk menghargai diri sendiri. Selalu ada cara untuk respek terhadap diri sendiri di taman bacaan. Mainlah ke taman bacaan, temuai orang-orang di sana. Insya Allah, Anda pasti dapat menghargai diri sendiri. Karena hidup Anda begitu bermakna untuk mereka.

Ketahuilah, seseorang yang gagal menghargai dirinya sendiri biasanya akan sulit dalam mengambil keputusan. Sekalipun hanya keputusan yang kecil dan ringan. Akibat tidak percaya diri dan selalu bertumpu paa pengaruh orang lain. Hiduonya jadi tidak realistis, tidak literat. Setiap pikiran dan tindakannya selalu ingin mendapat apresisasi orang lain. Terlalu sibuk dengan validasi dari orang lain. Sehingga selalu mencari orang lain untuk membantu dirinya. 

Bacalah buku, mainlah ke taman bacaan. Untuk melatih jadi diri sendiri. Agar bisa merasakan kepuasan batin atas apa yang dilakukan. Sekecil apapun perbuatan baik, pasti menghadirkan kepuasan batin yang sifatnya personal. Maka jangan menghabiskan waktu untuk membandingkan atau menengok kehidupan orang lain. Agar esok-esok, siapapun punya harapan yang lebih baik. Untuk bertanggung jawab pada diri sendiri atas pilihan yang diambil. Bukan "mengekor" atau mengikuti orang lain. Ingatlah, satu-satunya orang di dunia ini yang akan selalu ada kapan pun dan di mana pun saat dibutuhkan adalah diri sendriri, bukan orang lain.

Ironis, bila membuat acuan sukses dan bahagia dari orang lain. Lupa, bahwa tiap orang sudah punya potensi dan kapasitasnya masing-masing. Prosesnya berbeda, jalannya tidak sama, dan tujuannya pun berbeda. Maka, berhenti untuk membandingkan diri dengan orang lain. Siapapun pantas bahagia dan nyaman atas dirinya sendiri, bukan atas orang lain. How to Respect Myself. Salam literasi #PegiatLiterasi #KataBuku #TBMLenteraPustaka

Sumber: Bukukita.com 
Sumber: Bukukita.com 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun