Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

3 Pekerjaan Besar Industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di Indonesia

2 November 2022   08:12 Diperbarui: 2 November 2022   08:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber" Perkumpulan DPLK

Semua pekerja dan pemberi kerja menyadari pentingnya mempersiapkan masa pensiun, saat tidak bekerja lagi. Karena masa pensiun bagi siapapun memang harus dipersiapkan, direncanakan sejak dini. Apalagi survei menyebutkan 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap pensiun. Akibat tidak tersedianya dana yang mencukupi untuk memenuhi biaya hidup di masa pensiun.

Setelah melakukan berbagai aktivitas edukasi dana pensiun, terakhir saat edukasi pentingnya pencadangan imbalan pasca kerja di Surabaya (1/11/2022) bersama DPLK Manulife Indonesia serta memperhatikan pertanyaaan-pertanyaan yang muncul dari para peserta, maka ada 3 (tiga) pekerjaan besar industri Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di Indonesia, yaitu:

1. Edukasi DPLK, faktanya masih banyak pemberi kerja yang belum memahami pentingnya pendanaan imbalan pasca kerja sebagai pemenuhan kewajiban sesuai UU 11/2020 tentang Cipta Kerja - Pasal 156 (1) dan PP No. 35/2021 Pasal 40 (1) tentang PKWT, Alih Daya & PHK yang menyebut "Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima." Oleh karena itu, edukasi DPLK perlu dilakukan secara masif dan berkelanjutan untuk memberikan pemahaman yang benar terkait pendanaan imbalan pasca kerja (uang pesnagon dan uang pensiun). Beberapa agenda edukasi yang patut dioptimalkan, antara lain:

- Pentingnya mendanakan imbalan pasca kerja karyawan yang wajib dibayarkan pemberi kerja saat karyawan menyelesaikan tugasnya akibat pensiun, meninggal dunia, atau di-PHK. Cepat atau lambat, imbalan pasca kerja pasti dibayarkan.

- Apa perbedaan antara program Jaminan Hari Tua (JHT) sebagai amanat UU 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan imbalan pasca kerja (pesangon) sebagai amanat UU 11/2022 Cipta Kerja.

- Edukasi untuk meningkatkan pemahaman pekerja dan pemberi kerja melalui tahapan: dari tidak tahu -- menjadi tahu -- lalu paham -- dan mau memiliki program -- hingga berhak atas manfaat pensiun.

- Bagaimana cara mencadangkan dana imbalan pasca kerja, dilakukan secara "self funding" atau "dialihkan kepada DPLK provider" dan apa pula plus minusnya?

- Edukasi perbedaan skema uang pesangon dan uang pensiun yang "pay as you go" dengan "fully funded".

2. Digitalisasi DPLK, untuk memudahkan akses kepesertaan DPLK secara individu maupun korporasi yang berbasis teknoogi. Karena tren ke depan, digitalisasi sulit dihindari. 

Agar publik lebih mudah menjadi peserta, memantau dana pensiunnya, dan mudah dalam pencairan manfaat. Memang tidak mudah, namun spirit untuk menyediakan akses dan layanan berbasis digital di industry DPLK menjadi agenda besar yang perlu direalisasikan.

3. Antisipasi Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK), untuk memacu pertumbuhan DPLK, di samping menjadi momentum reformasi dana pensiun sebagai amandemen UU 11/1992 tentang Dana Pensiun yang sudah berusia 30 tahun.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun