Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kok Mau Berkiprah di Taman Bacaan, untuk Apa?

15 Juli 2022   23:38 Diperbarui: 15 Juli 2022   23:53 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Saat liputan dokumenter DAAI TV hari ke-3 (15/7/2022), Pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka ditanya, kenapa berkiprah di taman bacaan? Pertanyaan sederhana yang tidak mudah untuk dijawab. Berkutat dengan urusan membaca buku, membimbing anak-anak yang bukan anak kandungnya untuk dekta dengan buku bacaan. 

Sementara di luar sana, banyak orang sibuk dengan gaya hidup, status sosial, dan asyik dengan gawai. Kenapa masih mau berkiprah di taman bacaan?

Maka jawabnya, berkiprah di taman bacaan adalah jalan pengabdian. Untuk membangun tradisi baca dan budaya literasi. Agar tidak ada lagi anak-anak putus seklah, pernikahan dini, atau terlibat pada aktivitas yang tidak bermanfaat. Maka realitas itu harus diubah melalui buku-buku bacaan.

Apalagi di era digital begini, kok masih ada daerah yang tingkat pendidikannya 81% di SD dan 9% di SMP. Mau bagaimana ke depannya?

Atas panggilan hati nurani, Pendiri TBM Lentera Pustaka, Syarifudin Yunus, yang berprofesi keseharian sebagai dosen Universitas Indraprasta PGRI dan Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK Indonesia pun bertekad menekan angka putus sekolah melalui taman bacaan.

Sejak didirikan 5 tahun lalu, kini TBM Lentera Pustaka pun terus berkembang dan melayani 130 anak pembaca aktif dari awalnya hanya 14 anak. Bahkan program literasinya terus berkembang menjadi 14 program saat ini, dari yang tadinya hanya 1 program yaitu taman bacaan.

Jadi, kenapa berkiprah di taman bacaan? Karena taman bacaan adalah ladang amal sekaligus "legacy' yang dapat ditinggalkan kepada orang banyak. Taman bacaan pun sebagai jalan pengabdian. 

Sebuah orientasi hidup yang tidak lagi sebatas mengejar kebutuhan dan kepentingan pribadi. Tapi lebih dari itu, mampu berbuat nyata dan menebar kebaikan tanpa pamrih dalam memberi manfaat nyata untuk orang lain dan masyarakat melalui taman bacaan.

Berkiprah di taman bacaan adalah jalan hidup. Untuk membangun kegemaran membaca anak-anak di tengah gempuran era digital, di samping mengajarkan akhlak dan karakter anak yang kian tergerus oleh tayangan TV dan mainan gawai.

 Sebagai pengabdian sosial, berkiprah taman bacaan tentu tidak bisa diukur dari material apalagi status. Tapi berada di taman bacaan adalah kemewahan tidak ternilai bagi sebagian kecil orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun