Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

62,7% Koleksi Buku Taman Bacaan di Indonesia Bermasalah

12 Juni 2022   13:59 Diperbarui: 12 Juni 2022   14:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Katanya, buku adalah jendela dunia. Katanya lagi, buku juga jembatan ilmu untuk menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata. Orang pintar pun katanya dekat dengan buku. Tapi sayang, nyatanya buku tidak mudah diperoleh bagi anak-anak kampung. Coba renungkan, bagaimana cara anak-anak mendapatkan buku bacaan di zaman begini? Ke mana pula mereka bisa meng-akses buku bacaan?

Survei membuktikan. Faktanya, 62,7% jumlah koleksi buku taman bacaan di Indonesia tidak memadai. Sementara 27,5% menyatakan mungkin memadai dan hanya 9,8% saja yang sudah memadai. Itu artinya, sebagian besar taman bacaan yang ada mengalami masalah dengan koleksi buku. Tidak memiliki koleksi buku yang memadai. Baik dari segi jumlah maupun jenis buku bacaan yang dibutuhkan. Itulah simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan yang dilakukan TBM Lentera Pustaka dan dijawab oleh pegiat literasi di 33 lokasi di Indonesia.

Mengacu pada realitas koleksi buku yang tidak memadai, maka suka tidak suka, gerakan literasi dan uapaya meniingkatkan kegemaran membaca di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar. Selain masalah jumlah pembaca dan fasilitas taman bacaan yang masih bermasalah, taman bacaan pun "ditekan" oleh persoalan jumlah koleksi buku bacaan. Padahal, buku adalah nafas taman bacaan. Tanpa ketersediaan buku yang memadai, maka taman bacaan pun jarang dikunjungi. Bahkan taman bacaan pun bisa "ditinggalkan" masyarakatnya.

Jadi, jangan menuding minat baca orang Indonesia rendah. Bila faktanya, ketersediaan akses bacaan pun tidak mencukupi. Koleksi buku di taman bacaan masih bermasalah. Maih minim anak-anak yang bisa menjangkau buku bacaan. Sehingga jadi sebab aktivitas taman bacaan dan giat membaca kian terpinggirkan. Koleksi buku yang memadai, itulah "pekerjaan rumah" terpenting gerakan literasi di Indonesia.

Karena itu, pegiat literasi patut mengetuk hati dan pikiran banyak pihak akan pentingnya donasi buku. Sikap peduli terhadap taman bacaan. Para donatur buku, korporasi maupun pemerintah daerah di mana pun harus memberi atensi terhadap aktivitas taman bacaan dan ketersediaan buku bacaan yang memadai. Karena buku adalah "harga mati" eksistensi taman bacaan, di samping menjadi pemantik daya tarik anak-anak untuk datang ke taman bacaan.

Maka ke depan, taman bacaan harus terus berkolaborasi dengan semua pihak. Agar ketersediaan buku bacaan makin lama makin memadai. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen #DonasiBuku

Sumber: Taman Bacaan Lentera Pustaka
Sumber: Taman Bacaan Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun