Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan Kopi Lentera, Kaya Miskin Semua Sama Saja

4 Desember 2021   09:33 Diperbarui: 4 Desember 2021   09:35 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADA SECANGKIR KOPI, SEMUA SAMA SAJA

Siapapun, di usia tua, akan tiba masanya mau berjalan ke pintu saja susah. Mudah lelah, olahraga sedikit saja capek. Maka carilah kawan yang menyehatkan. Sempatkan waktu dan pergi ke tempat-tempat untuk mengingatkan kita tentang kebesaran Allah SWT, di mana pun itu.

Jangan susahkan diri memikirkan hal-hal yang tidak penting. Jangan pula berlebihan karena semua sudah ada waktunya. Maka nikmatilah yang ada, tentu dengan rasa syukur dan doa yang baik. Bukan keluh-kesah, gibah, atau hanya obrolan yang tidak punya manfaat sedikitpun.  

Karena semua hakikatnya sama saja. Kaya atau miskin, pintar atau bodoh, kampung atau kota sama. Di gunung -- di laut atau di dalam rumah. Prosesnya tetap sama, mereka awalnya lahir - bayi - anak-anak - remaja - dewasa - tua - sakit dan akhirnya mati.

Persis kata orang pintar nan bijak, tidak ada yang sempurna. Ada sehat ada sakit. Ada suka ada duka. Maka ada hidup pun akan ada mati. Maka tidak perlu adu argumen dengan orang yang mempercayai kebenciannya sendiri. Tidak pula perlu memberi alasan pada orang membenarkan pikirannya sendiri. Karena bisa jadi, mereka "buta" dari melihat kebaikan yang ada di sekitarnya.

Lebih baik ngopi. Karena secangkir kopi, pahit dan manis selalu bertemu dalam kehangatan. Secangkir kopi, lebih indah diseruput dalam diam. Dan kopi tidak pernah berhenti memberi inspirasi tentang hebatnya sebuah perjalanan. Karena kopi, pahitnya saja bisa dinikmati. Apalagi manis.

Pada secangkir kopi, semua sama saja. Maka di mana pun, pilihlah tempat dan kawan yang menyenangkan. Jangan cari kawan yang seperti uang logam, "di depan lain, di belakang lain". Salam literasi #RenunganPagi #PegiatLiterasi #TamanBacaan

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun