Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gimana Sih Cara Pekerja Jadi Peserta Dana Pensiun?

1 Oktober 2021   23:13 Diperbarui: 2 Oktober 2021   07:15 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katanya sih pernah ikut seminar dana pensiun saya. Tiba-tiba ada orang muda yang telepon saya. Setelah memperkenalkan diri, dia bilang ke saya: "Pak, salam kenal. Saya seorang pekerja. Intinya begini Pak, saya ingin mulai menabung untuk pensiun saya. Karena kerja kan tidak selamanya. Bla ... bla ... bla ...".  Begitulah dia bilang panjang lebar.

Lalu saya jawab ke dia, "Wahh bagus banget itu Mas. Ya sudah mulai saja jadi peserta program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Pilih saja yang ada di pasaran. Bagus itu, selagi kerja berani mulai nabung untuk masa pensiun. Jarang-jarang ada pekerja mau menyiapkan masa pensiunnya sendiri. Silakan Mas, jangan dituna lagi"

Dia lalu bilang lagi, "Begini Pak tapinya, saya belum tahu mau menyisihkan berapa per bulannya buat dana pensiun. Baru niat saja mau punya program pensiun. Makanya tanya bapak dulu. Mohon arahannya Pak".

Maka dengan santai saya menjawab "Begini saja Mas, daftar saja dulu ke DPLK. Berapa per bulan iuran sesuaikan saja dengan kemampuan ya. Asal segera ekskusi punya dana pensiun. Apalagi niatnya sudah bagus. Program pensiun bukan hanya niat Mas. Tapi butuh eksekusi, alias harus dimulai sejak dini. Asal mau sisihkan dana untuk masa pensiun nantinya. Jangan udah punya niat tapi tidak dilakukan. Mana mungkin masa pensiun sejahtera. Seperti di Bapak purnawirawan yang jadi manusia silver lho".

Sambil agak tersenyum, dia masih ngomong lagi. "Terus Pak, nanti saat bayar iuran bulanan untuk pensiun. Bila saya tidak bisa bayar atau lupa, gimana? Apa saya ditagih semuanya iuran pensiun saya? Soalnya saya pengen punya program pensiun. Tapi belum tahu caranya?"

"Loh, si Mas kerja kan?" tanya saya lagi, dia pun menjawab "Iya kerja Pak, di sebuah kantor di Jl. Sudirman tapi hanya pegawai biasa".

"Ohhh itu gak masalah. Daftar saja dulu Mas ke DPLK untuk punya program pensiun ya. Soal iuran semampunya saja bisa 100 ribu atau 200 ribu. Usahakan disiplin setiap bulan sisihkan iuran pensiunnya. Tapi bila lupa pun tidak masalah. Karena iuran yang tidak dibayarkan di program pensiun bukan dianggap utang Mas. Kan DPLK sukarela jadi tidak masalah. Asal muali saja dulu jadi peserta DPLK ya biar masa pensiunnya uangnya cukup. Jadi, daftar saja dulujadi peserta ya sekarang" lanjut ceramah saya begitu.

Lalu dia berkata lagi. "Pak Syarif , maaf ya. Bisa tidak bantu saya hubungi DPLK-nya. Biar saya  isa tanya juga gimana caranya jadi peserta DPLK itu? Saya takut gak bisa bayar iuran setiap bulan. Maklum Pak, kan banyak kebutuhan biar anak muda juga. Takut jadi berat saja".

Tensi saya pun mulai naik. Maunya apa si anak muda. Mau jadi peserta DPLK atau nanya doang. Maka saya jawab lagi. "Begini ya Mas, kalau mau punya program pensiun. Mau jadi peserta DPLK lakukan saja dulu. Daftar ke DPLK, nanti tanya di sana ya. Pekerja muda kayak Mas itu bagus bila mau menyisihkan gaji untuk masa pensiun. Eksekusi saja dulu. Jangan mikir yang macam-macam. Bukan saya tidak mau bantu. Si Mas mau jadi peserta DPLK saja nanya melulu. Padahal belum jadi peserta. Gimana mau pensiun sejahtera? Belum jadi peserta sudah banyak yang dipikirkan?".

Ehh dia masih berkilah. "Ohh ya udah, Pak Syarif. Kalau Bapak tidak mau bantu, nanti saya pikirkan lagi deh untuk jadi peserta DPLK. Kalau masalah pensiun sih, gimana nanti saja ya Pak. Terima kasih ya Pak"

"Maaf ya Mas, bukannya saya tidak mau bantu. Mas tanya kan sudah saya jawab.  Tapi ini buat pelajaran saja. Kalau sudah punya niat mau siapkan pensiun sendiri, ya segera eksekusi. Daftar jadi peserta DPLK. Itu sudah pas. Bila mau pensiun sejahtera, mulai untuk nabung sedari muda Mas. Sisihkan sedikit gaji buat program pensiun. Semampu si Mas saja. Agar sadar bahwa kerja itu tidak selamanya. Dan hari tua itu harus dipersiapkan. Karena memang, hanya si pekerja yang harus peduli pada masa pensiunnya sendiri. Tapi kalau si Mas, belum masuk jadi peserta DPLK sudah banyak tanya. Banyak begini begitu ya susah juga!!" Begitu jawaban saya dengan nada agak keras.

Tut... tuut... tuuuut. Ternyata telepon pun di matikan.

Yah begitulah kenyataan pekerja di dekat kita. Sadar bahwa mempersiapkan masa pensiun itu penting. Tahu menabung untuk hari tua itu bagus. Tapi sayang, hanya mendaftar jadi peserta program pensiun sepert DPLK saja tidak berani memulai. Punya niat tapitidak dieksekusi. Lalu, gimana masa pensiunnya bisa sejahtera?

Katanya masa pensiun penting dipersiapkan sejak dini. Semua orang bilang begitu, semua pekerja sadar itu. TAPI BERJUANG UNTUK JADI PESERTA DPLK saja setengah-setengah. Belum apa-apa sudah banyak yang ditanya, ehh akhirnya tetap tidak punya program pensiun. 

Hari ini nyatanya, 9 dari 10 pekerja di Indonesia memang tidak siap pensiun. Maka pantas, masa pensiun banyak pekerja selalu jadi momok yang menakutkan. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun