Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang-Orang Lebay, Lagunya Pop Jogetnya Dangdut

17 September 2021   07:24 Diperbarui: 17 September 2021   07:25 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah kenapa, di negeri ini, terlalu gampang soal remeh-temeh jadi trending topic. Sebuat saja, si Saipul Jamil keluar penjara. Seantero media sosial langsung ramai membahasnya. Dulu ada keributan nasional soal kata "anjay". Apalagi di grup-grup WA, banyak banget soal-soal yang tidak penting jadi bahan pembicaraan. Saat apapun dibahas berlebihan, maka saya menyebutnya "orang-orang lebay".

Makin ke sini, ternyata orang-orang lebay makin banyak. Orang-orang yang terlalu gampang mempersoalkan masalah yang tidak penting. Jangankan untuk negara, untuk dirinya sendiri pun tidak ada gunanya. Orang-orang lebay, mereka hanya fokus pada masalah bukan pada solusi.

Sekolah dan belajar daring di masa pandemi jadi masalah. Dianggap dunia Pendidikan tidak siap. Sekarang giliran disuruh belajar tatap muka, tetap saja jadi masalah. Dianggap dunia pendidikan tidak siap terapkan prokes. Orang-orang lebay, bikin bingung. Selalu saja ada yang dijadikan masalah. Lebay banget. 

Dan bila dicermati, orang-orang lebay itu. Ternyata yang soal yang dipermasalahkan itu bukan ide atau gagasannya. Tapi mereka justru tidak suka kepadda orangnya. Jadi topik apapun, yang diperangi bukan masalahnya. Tapi yang diperang orangnya, yang disalahkan manusianya. Coba dicek deh, soal-soal yang jadi trending.

Anehnya, si orang-orang lebay. Atas nama kepedulian, lalu ikut berkomentar dan membahasnya panjang lebar. Seolah-olah dia yang paling benar. Sementara semua orang yang tidak disukainya pasti salah. So peduli padahal lebay. Cara dan omongannya justru dilebih-lebihkan. Plus ditambah bumbu ilmiah dan teori sedikit. Maka jayalah orang-orang lebay.

Orang-orang lebay. Gayanya persis, seperti orang dengar lagu pop. Tapi jogetnya heboh kayak lagu dangdut. Akibat PPKM tidak bisa ke mall atau ke kafe. Tapi teriak paling merana sedunia. Cuma keserempet sepeda, bilangnya keserempet motor. Orang-orang lebay memang kerjanya melebih-lebihkan. Mentalitasnya seperti "korban" atas soal apapun. Bila hari ini, banyak anak kecil saat bicara seperti orang dewasa. Atau sebaliknya, banyak orang dewasa saat berkomentar seperti anak kecil. Itulah ciri-ciri orang lebay. Tidak bijaksana, tidak pula mampu berpikir positif. Semua dilihat dari persfektif negatif. Tidak objektif karena lebay.

Orang-orang lebay kian bertebaran.

Lebay itu artinya melebih-lebihkan; membesar-besarkan. Lebay, itu bukan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kalau di "kitab gaul", lebay itu berarti "terlalu berlebihan", melebih-lebihkan sesuatu dengan tidak sewajarnya. Istilah "lebay" ini muncul sekitar tahun 2006-an. Tapi kata orang-orang lebay itulah "kepedulian". Orang lebay tidak tahu arti kata "peduli". Peduli itu artinya mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Orang tidak peduli itu terjadi saat dia asyik memperkaya diri tapi orang lain tetap menderita. Jadi, bila peduli maka lakukan aksi nyata untuk tuntaskan masalah. Bukan hanya komentar tanpa berbuat apapun. Apalagi melebih-lebihkan, itu mah lebay.

Orang-orang lebay pasti berbeda dengan orang-orang taman bacaan. 

Saat satu daerah tidak punya akses bacaan. Orang lebay hanya bilang "pemerintah ke mana?". Anak putus sekolah atau ibu-ibu buta huruf dianggap tanggung jawab pemerinta semata. Orang lebay mampu melihat masalah tanpa bisa berindak untuk solusi. Sementara orang-orang taman bacaan. Justru hanya bisa prihatin dan ikut terjun langsung. Menyediakan akses bacaan anak dan mengajar kaum buta huruf. Agar mereka terbebas dari belenggu putus sekolah atau buta huruf. Orang-orang taman bacaan hanya focus ikhtiar dan mencari solusi atas masalah. Sementara orang-orang lebay hanya bisa mempermasalahkan tanpa ada solusi sama sekali. Banyak omong tapi kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun