Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Taman Bacaan, Kemana Anak Harus Membaca di Era Digital?

20 Agustus 2021   17:25 Diperbarui: 20 Agustus 2021   17:30 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Era digital dan era media sosial menghantui anak-anak Indonesia hari ini. Berkedok globalisasi dan teknologi, anak-anak kini harus dibentukan pada budaya atau tradisi. Terasing dari dunia nyata, dan lebih akrab dengan dunia maya. Era digital telah mengubah anak-anak lebih gandrung pada ponsel atau gawai daripada membaca buku.

Belum lag serbuan drakor (drama korea) yang berhasil merasuk ke anak-anak. Tidak sedikit dari mereka yang lebih senang disuguhi aksi heroisme kesatria baja hitam daripada satria madangkara. Lalu berubah jadi pribadi lebih individualis daripada bersosial. Egois tanpa simpati. Atas nama globalisasi, semua boleh untuk anak-anak. Hingga mengubah anak-anak dari mentalitas simpatik menjadi antipatif. Bisa jadi ke depan, apa yang dialami anak-anak Indonesia akan berubah menjadi beban peradaban. Akibat dinamika kehidupan yang tidak lagi bisa dikontrol.

Anak-anak yang tergilas zaman. Tergiur gim online hingga bersemayam di media sosial. Anak-anak yang sebentar lagi kehialngan jati diri. Akibat hilangnya tradisi membaca buku. Anak-anak yang kian sulit mendapat akses buku bacaan. Lalu terperangkap dalam jebakan ponsel. Buku pun tertindas kecanggihan gawai. Tempat-tempat membaca seperti taman bacaan atau rumah baca pun semakin terhimpit eksistensinya. Lalu, siapa yang harus peduli?

 Tradisi membaca, bisa jadi kian langka. Akibat tidak adanya akses terhadap buku bacaan untuk anak-anak Indonesia. Taman bacaan yang kian terpinggirkan. Sehingga jadi sebab "perginya" minat baca anak-anak. Panorama anak-anak yang membaca buku jadi makin langka. Mungkin, sudah tidak ada lagi anak-anak memegang dan membaca buku di tempat-tempat umum, di angkot, bahkan di jalanan.

Mau tidak mau, kini saatnya mengembalikan anak-anak Indonesia. Untuk membaca buku di tengah gempuran era digital. Karena selain menambah pengetahuan, membaca buku pun dapat menyelematkan masa depan mereka. Untuk menjadi lebih baik, lebih kompetitif. Anak-anak yang mampu "bertahan hidup" sesuai dengan alam pikiran dan potensi yang dimilikinya.

Tersedianya akses bacaan itulah jawaban. Bertumbuhnya taman bacaan itulah harapan. Seiring dengung gerakan literasi di bumi Indonesia. Karena literasi tidak pantas diulas di atasa ruang diskusi atau seminar. Literasi adalah gerakan yang harus membumi. Karena tanpa baca, anak-anak akan merana di masa depan. Jauhnya anak-anak dari buku, akan jadi momok yang terus melanggengkan kebodohan dan kemiskinan. Akrabkan anak dengan buku bacaan, di situ ada peran dan eksistensi taman bacaan. 

Akses bacaan dan taman bacaan, bsa jadi "lawan tanding" gim online atau narkoba. Bahkan taman bacaan pun mampu jadi lawan putus sekolah dan pernikahan dini. Karena membaca buku, semua jadi tersadarkan dan lebih realistis dalam hidup. Setidaknya, ada 8 (delapan) manfaat yang diperoleh anak-anak saat membaca buku:

1. Membentuk karakter dan mentalitas yang lebih sadar dan bijak. Apalagi bila dipilihkan buku-buku yang berkuatlitas.

2. Mengisi waktu dengan kegiatan yang positif dan berdaya guna. Daripada bermain ponsel atau gim online yang tidak produktif bahkan cenderung kamuflastis.

3. Memperkaya pengetahuan dan wawasan. Sesuia denga nisi buku bacaan dan dapat memperkaya khasanah keilmuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun