Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat Secangkir Kopi Lentera, Silakan Pilih Pahit atau Manis?

11 Juli 2021   21:21 Diperbarui: 11 Juli 2021   21:37 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Secangkir "kopi lentera" itu seperti drama. 

Karena sebagian orang bilang, lebih suka kopi itu pahit. Tapi sebagian lagi ingin kopi manis. Beda-beda bak drama kehidupan, kadang pahit kadang manis. Pada secangkir kopi, ada pahit ada manis. Itulah pilihan, bukan anugerah. Karena mau pahit atau manis, terserah para penikmatnya.

Hebatnya, secangkir "kopi lentera". Sama sekali tidak paksaan. Sepeti gula sudi ada di cangkir. Kopi pun rela ada di cangkir. Seberapa besar komposisinya, terserah. Diaduk boleh. Bahkan dilepeh setelah diteguk pun silakan. Maka jadilah kopi yang dramatis. Lagi-lagi, pahit manis itu relatif. Tapi pada secangkir kopi, selalu ada kenikmatan dari setiap adukannya. Biar melegakan, lagi menggairahkan.

Lalu, seorang anak muda bertanya. Apa bedanya kopi dengan cinta?

Begini anak muda. Kopi itu menghangatkan tapi tidak memabukkan. Sementara cinta, belum tentu hangat tapi memabukkan, Maka di luar sana, tidak sedikit yang memvonis. Bahwa cinta itu kebohongan. Cinta itu omong kosong. Tentu bisa iya bisa tidak, Seperti drama secangkir kopi, terserah kepada penikmatnya. 

Nah, ini kopi lain. Namanya kopi lentera.

Secangkir kopi yang diaduk dengan alat yang disebut hati. Bukan akal semata. Maka saat diteguk, rasanya berada di tengah pahit dan manis. Tapi selalu bersedia untuk memberi kehangatan. Karena ditemani buku-buku, anak-anak yang membaca. Bahkan kaum buta aksara. Secangkir kopi lentera, cukup untuk mengantar penikmatnya. Menjenguk masa depan, bukan berpaling ke masa lalu.

Apalagi di tengah pandemi Covid-19. Mereka yang stress WFH, terlalu bersamayam di rumah. Gelisah pikiran, takut bepergian. Hingga kesalehan ritual, tidak dibaarengi kesalehan sosial. Termenung, tertegun dan entah mau apa lagi?

Bila itu terjadi, maka secangkir kopi lentera-lah obatnya. Iya, kopi lentera di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Salam literasi #KopiLentera #TamanBacaan #KopinyaPegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun