Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Faktanya 64% TBM di Indonesia Dikunjungi Kurang dari 30 Anak, Apa Artinya?

10 Juli 2021   10:10 Diperbarui: 10 Juli 2021   10:25 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Harus diakui, di era serba digital begini. Menjadikan anak-anak "dekat" dengan buku bacaan memang tidak mudah. Apalagi bila akses buku bacaan pun masih terkendala, Maka dibutuhkan komitmen dan aksi nyata dalam mengajak anak-anak untuk mau bergelut dengan buku bacaan. Inilah "pekerjaan rumah" para pegiat literasi maupun taman bacaan di mana pun. Agar mampu menarik anak-anak datang membaca. Agar taman bacaan jadi tempat yang menyenangkan. Bila tidak, maka taman bacaan bisa jadi kian "ditinggalkan" anak-anak.

Taman bacaan di Indonesia, kini dihadapkan tantangan yang besar.  

Karena ternyata 64% TBM/taman bacaan di Indonesia hanya dikunjungi tidak lebih dari 30 anak pembaca pada setiap jam baca. Ada 7% taman bacaan dengan 1-5 anak, 15% dengan 6-10 anak, dan 42% dengan 11-30 anak. Sementara taman bacaan yang dikunjungi 31-50 anak 18% dan taman bacaan dengan lebih dari 50 anak 18%. Itulah simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan di Indonesia yang dilakukan TBM Lentera Pustaka (30 Juni 2019). Ini sinyal kuat bahwa jumlah anak yang datang ke taman bacaan masih jadi kendala gerakan literasi Indonesia. Selain soal koleksi buku bacaan dan komitmen pengelolanya sendiri. Survei Tata Kelola Taman Bacaan ini diperoleh dari pegiat literasi di 33 lokasi di Indonesia.

Di tengah gempuran era digital dan masa pendemi Covid-19 seperti sekarang, semestinya taman bacaan dapat dipilih anak-anak. Sebagai tempat membaca dan belajar, apalagi di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang tidak optimal. Bahkan lebih dari itu, taman bacaan pun bisa jadi saran untuk memperkuat karakter dan mengembangkan potensi setiap anak. Apapun yang tidak diajarkan di sekolah, seharusnya diperankan taman bacaan.

Kenapa anak-anak perlu ke taman bacaan?

Setidaknya ada beberapa alasan anak-anak perlu ke taman bacaan, antara lain:

1. Membiasakan membaca buku sebagai kegiatan sehari-hari yang positif daripada bermain gawai atau menonton TV.

2. Melatih keterampilan interaksi sesama teman sebaya, bagian dari social skills anak yang penting di masa depan.

3. Menjadi tempat ekspresi diri anak, baik membaca, menulis, atau potensi sesuai minat dan bakat yang dimilikinya.

4. Menanamkan karakter dan akhlak yang baik, tahu etika yang kini semakin langka di anak-anak.

5. Membangun peradaban dan perilaku yang positif seiring gempuran era digital yang kian menggerus anak-anak Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun