Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Perjuangan Pegiat Literasi di Taman Bacaan di Kaki Gunung Salak

2 Juli 2021   12:07 Diperbarui: 2 Juli 2021   12:07 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Berjuang di taman bacaan, memang penuh suka duka. Bukan suka-suka, bukan pula duka-duka. Suka duka, berarti ada senangnya tapi ada pula sedihnya. Berkiprah di taman bacaan itu proses. Harus dimulai, dikelola dan dijalani. Lalu, hasil aatu manfaat pasti tidak akan pernah mengkhianati proses. Tapi patut dipahami pula, taman bacaan di mana pun adalah "jalan sunyi" yang tidak banyak dipilih orang. Taman bacaan, sebuah jalan pengabdian yang sepi dari lalu-lalang popularitas atau gaya hidup sekalipun.

 

Maka di taman bacaan, pasti butuh energi ekstra. Semangat yang terus membara. Dedikasi yang sepenuh hati. Bahkan rela menyediakan waktu sesuai jadwalnya, bukan selamanya ya. Faktanya, taman bacaan sulit bila dijalani setengah hati. Terlalu banyak kendala. Dari mulai soal ketersediaan koleksi buku. Soal anak-anak yang harus membaca. Bahkan tata Kelola taman bacana, bagaimana seharusnya? Belum lagi, relawan yang pasang surut. Apalagi kepedulian orang-orang sekitar. Jadi, taman bacaan pasti butuh energi ekstra. Bahkan melebihi energi seorang kepala keluarga yang berjuang menafkasi istri dan anak-anaknya.

Suka duka taman bacaan.

Spiritnya sederhana. Taman bacaan adalah perbuatan baik. Taman bacaan pun ladang amal untuk semua orang dalam berkontribusi. Terhadap tradisi baca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat di sekitarnya. Maka taman bacaan dapat dikatakan sebagai "legacy" atau warisan yang ditinggalkan untuk umat. Biarlah, taman bacana di mana pun, berproses. Seperti air di sungai, toh pada akhirnya taman bacaan akan menemui jalannya sendiri. Taman bacaan akan mencapai tujuan dan manfaatnya bila waktinya tiba. Tapi sayang kini, masih banyak taman bacaan yang dikelola setengah hati. Dan tidak punya energi ekstra untuk terus survive. Untuk bertahan di tengan gempuran era digital atau di tengah sengitnya pertarungan gaya hidup di luar sana.

Suka duka taman bacaan.

Mari kita mulai suka-nya. Karena di taman bacaan, anak-anak yang tadinya tidak memiliki akses membaca buku. Hanya di taman bacaan akhirnya mereka bisa membaca. Menambah wawasan dan pengetahuan. Sambil belajar tahu cara menggunakan waktu dengan baik. Apalagi di tengah pandemi Covid-19. Sementara anak-anak lain terkendala PJJ, taman bacana mampu mengambil peran sebagai sentra kegiatan membaca, belajar bahkan kreativitas.  Sepert di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Kini ada 168 anak-anak pembaca aktif usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) yang rutin membaca seminggu 3 kali. Dan mampu melahap 5-8 buku per minggu per anak.

Suka lainnya di taman bacaan. Taman bacaan pun bisa jadi sentra kegiatan masyarakat. Tempat bertemunya anak-anak dan warga dalam aktivitas yang positif. Seperti slogan "buku untuk semua", itu benar-benar terjadi di taman bacaan. Di TBM Lentera Pustaka lagi, ada puluhan anak pembaca aktif yang selalu diantar ibunya. Ada ibu-ibu buta huruf yang belajar baca-tulis. Ada anak-anak usia PAUD yang diantar ibunya untuk belajar calistung sebelum masuk SD.  Ada 5-6 pedagang kampung yang mangkal di depan taman bacaan. Bahkan ada orang-orang baik, inividu maupun korporasi yang berkunjung dan berbakti sosial atau CSR di TBM Lentera Pustaka. Taman bacaan jadi "darah baru" aktivitas masyarakat yang baik. Sungguh, itu bisa terjadi di taman bacaan

Suka di taman bacaan, yang bisa menitikkan air mata siapapun, adalah saat kita mengamati dengan seksama. Ternyata, taman bacaan mampu memberdayakan orang-orang yang selama ini terpinggirkan. Mereka yang tidak diperhatikan jadi berdaya. Walau hanya dengan tersedianya tempat membaca, diajari agar terbebas dari buta huruf. Bahkan anak-anak prasekolah yang bergembira ria saat di taman bacaan. Alhamdulillah, itulah kiprah taman bacaan yang tidak ternilai harganya. Tidak bisa dibandingkan oleh hal-hal yang bersifat material atau duniawi.

Sungguh, taman bacaan memang bukan hanya tempat membaca buku. Apalagi disebut gudang buku. Tapi taman bacaan adalah media untuk melakukan perubahan sosial bagi kawasan yang memang membutuhkan. Sentra pendidikan masyarakat dan membangu peradaban masyarakat yang lebih baik. Sekalipun banyak tantangan, di taman bacaan terbukti selalu ada cahaya terang untuk melewati gelapnya rintangan malam. Itu semua cerita suka, hidup di taman bacaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun