Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Saya Menulis? Sebuah Pengakuan Seorang Pegiat Literasi

28 Juni 2021   13:32 Diperbarui: 28 Juni 2021   14:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga saat ini, sudah 34 buku saya hasilkan. Sepanjang 11 tahun, dari 2010-2021 ini, rata-rata 3,1 buku per tahun diterbitkan. Ada bisa diperoleh di toko buku ternama, ada juga yang menulis bareng-bareng anak atau mahasiswa. Intinya saya menulis. Sebab menurut saya, ada hal-hal sederhana yang selalu bisa ditulis. Dalam hidup siapa pun, termasuk saya.

 Saat ditanya orang, kenapa saya menulis? Jawab saya, saya menulis untuk diri sendiri. Sebab menulis itu seperti olahraga, atau makan, atau tidur. Untuk menyehatkan pikiran. Agar membangun mental positif. Menulis pula yang bikin saya "berteman" dengan pengalaman, pengetahuan atau perasaan. Dan juga buku-buku. Karena tidak ada orang yang menulis tanpa membaca. Seperti tidak ada orang yang pandai bicara tanpa pandai mendengarkan.

Scripta manent verba volant; yang tertulis akan abadi dan yang terucap akan hilang. Maka saya menulis. Menulis juga perbuatan bukan pelajaran. Menulis itu keberanian bukan kekhawatiran. Maka saya sering "memaksa" diri saya dan orang lain menulis.

Saya menulis juga karena saya sedih. Kok bisa-bisanya orang-orang sekarang menebar hoaks alias berita bohong. Terus untuk apa pula bikin ujaran kebencian kepada orang lain. Banyak orang terlalu mudah menghakimi dan meyalahkan orang. Itu bukti orang-orang tersebut tidak pernah menulis. Hanya bisa marah-marah dan menulis sedikit doang untuk hal-hal yang tidak penting. Maka menulis itu "obat" dari kesedihan saya terhadap keadaan. Teknologi makin canggih, zaman makin maju. Tapi sayang orang-orangnya tidak lebih baik. Karena tidak mau menulis. Padahal menulis itu ekspresi yang lebih bertanggung jawab.

Saya pun tidak menulis untuk cari uang. Bukan pula untuk menyelamatkan dunia. Atau mengejar popularitas. Saya menulis karena menulis Sudha jadi gaya hidup, sudah jadi kebiasaan. Ibarat "tidak bisa tidur bila belum menulis". Tiap hari saya menulis. Minimal 300 kata atau bisa juga 6.000 karakter. Tentang apa saja, tentang apa pun. Asal berdasar pengalaman, pengetahuan atau perasaan saya. Bukan pengalaman atau perasaan orang lain, karena itu susah banget.

Dan yang penting, menulis itu bukan untuk diseminarkan atau didiskusikan. Karena resep menulis yang paling jitu adalah "menulis, menulis, dan menulis". Salam literasi. #KenapaSayaMenulis #MenulisBuku #PegiatLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun