Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Puluhan Tahun tapi Tidak Siap Pensiun, Kenapa?

8 April 2021   14:01 Diperbarui: 8 April 2021   14:33 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja namanya Pak Siman. Sejak pensiun dari perusahaan swasta 3 tahun lalu. Kini, ia terpaksa bergabung jadi pengemudi ojek online. Dari pagi hingga sire katanya, ia berjibaku di jalanan. Menanti pesanan ojek melalui aplikasinya. Walau di masa pandemi Covid-19 begini, pengguna jasanya menurun hingga 50%. Di bawah terik matahari atau hempasan hujan sekalipun, Pak Siman tetap berjuang untuk "sesuap nasi" di usia pensiunnya. 

Apa yang dialami Pak Siman memang fakta. Karena hasil survei menyebutkan 90% pekerja di Indonesia tidak siap pensiun. Itu berarti, 9 dari 10 pekerja hari ini tidak punya persiapan untuk pensiun. Apalagi bila "terpaksa" di-PHK atau berhenti  bekerja atas sebab yang tidak pernah diketahuinya. Namun bila ditanya, apakah mereka ingin hidup sejahtera di masa pensiun? Tentu, semua menjawab iya. Begitulah realitas tentang masa pensiun pekerja.

Maka wajar. Realitasnya banyak pensiunan di Indoensia yang mengalami "kebangkrutan" di hari tua. Akibat tidak tersedianya dana yang cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Maka riset pula yang menyebutkan: 7 dari 10 pensiunan mengalami masalah keuangan, 2 pensiunan masih bekerja lagi, dan hanya 1 pensiunan yang hidup sejahtera di masa pensiun. 

Sementara itu, usia harapan hidup orang Indonesia terus bertambah. Saat ini berada di kisaran 72 tahun. Bila usia pensiun di banyak perusahaan berada di usia 56 tahun. Maka masih ada 16 tahun masa kehidupan yang harus dijalani seorang pensiuanam. Lalu, bagaimana pensiunan harus membiayai hidupnya sendiri di saat tidak bekerja lagi?

Banyak pekerja lupa. Bahwa masa pensiun cepat atau lambat pasti tiba. Pensiun pun bukan soal waktu, bukan pula soal umur. Tapi soal keadaan. Mau seperti apa seseorang pekerja di masa pensiunnya, di saat tidak bekerja lagi? Maka, kesadaran mempersiapkan masa pensiun sangat penting dilakukan. Agar jangan ada lagi pensiunan bernasib seperti Pak Siman.

Lalu, kenapa 90% pekerja tidak siap pensiun?

Tentu jawabnya, ada banyak faktor. Tapi satu yang pasti, karena sebagian besar pekerja tidak mau menyisihkan sebagian gajinya untuk tabungan pensiun. Dalihnya sederhana. Karena gaji hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari bersama keluarga. Sehingga tidak ada yang bisa ditabung untuk masa pensiun. Sebuah alasan klasik. Kita hampir lupa. Masa pensiun yang sejahtera itu tidak akan pernah datang dengan sendirinya. Bekerja puluhan tahun di masa muda pun tidak otomatis membuat masa tua sejahtera. Maka masa pensiun, memang harus diperjuangkan dan dipersiapkan.

Sebenarnya cukup mudah untuk bisa siap pensiun. Cukup gampang untuk sejahtera di masa pensiun. Asal mau "meninggalkan" perilaku buruk soal uang. Dan berani lebih bijak dalam menggunakan uangnya sendiri. Setidaknya ada 5 alasan, kenapa 90% pekerja tidak siap pensiun?

1. Terlalu cinta perilaku konsumtif di saat bekerja. Hanya bermentalitas konsumen; gemar membeli barang atas dasar keinginan bukan kebutuhan.

2. Terbuai gaya hidup modern yang tidak perlu. Ingin hidup bergaya sehingga menyeret ke biaya hidup tinggi dan di luar kemampuannya. Lebih besar pasak daripada tiang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun