Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Senyuman, Bahasa Sama Cara Pandang Beda

6 April 2021   01:54 Diperbarui: 6 April 2021   01:55 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat, sudah tahu belum?

Ada hal yang paling banyak dimiliki orang. Tapi sulit sekali dibagi ke orang lain? Itu bukan uang, bukan pula harta. Apalagi pangkat dan kekuasaan. Tapi SENYUMAN.

Maka bila kemarin ada teror. Hari ini ada korupsi. Bahkan siapa pun yang masih terus berjuang untuk membenci atau memusuhi orang lain. Bisa jadi, mereka telah kehilangan senyuman. Mereka, orang-orang yang sudah lupa arti senyum. Lupa tentang gerak bibir yang ekspresif untuk menunjukkan rasa senang, syukur, gembira atau suka.

Senyum atau senyuman. Bukan hanya mudah dan sederhana. Tapi senyum juga jadi bukti "Bahasa yang sama" dari semua masalah, dari semua tafsir yang berbeda. Apa saja boleh beda. Sudut pandang beda, idola berbeda, cara pun boleh beda. Tapi siapa punya bahasa yang sama saat "tersenyum". 

Maka literasi senyuman sangat penting. Karena hidup di zaman now terlalu mudah untuk stress. Mudah gelisah hingga gampang tidak suka pada orang lain. Macet di jalan stress, kelamaan di rumah akibat pandemi pun stress. Pekerjaan numpuk stress. 

Gara-gara skripsi stress. Apalagi gara-gara utang atau tidak punya uang, pasti stress. Nah obatnya, harusnya memperbanyak senyuman. Karena senyuman itu membuat semua jadi rileks. 

Dalam literasi senyuman. Tidak semua masalah harus diselesaikan atau dipikirkan. Tapi hadapi saja dengan penuh senyuman. Toh, pasti akan berlalu jua.

Seperti di taman bacaan, senyuman harus jadi budaya. Karena berjuang di taman bacaan itu tidak mudah. Belum lagi kepedulian yang masih sedikit. Mengurusi anak-anak membaca, apalagi bukan anaknya sendiri. Di taman bacaan, pasti ada banyak tantangan bahkan cobaan. Maka semuanya hadapi saja dengan senyuman. Sedehana sekali. 

Maka jangan lupa tersenyum. Untuk apa pun dan soal apa pun. Karena senyuman itu, pekerjaan paling sederhana yang dampaknya luar biasa. Bahkan, senyuman itu satu-satunya modal paling hebat yang dimiliki setiap orang, di manapun. 

Sangat disayangkan. Bila hari ini, ada orang-orang yang kehilangan senyumnya sendiri. Mungkin, mereka lupa senyum itu sedekah lagi berkah. Senyum itu perbuatan paling mudah yang bisa diberikan kepada siapapun. Tanpa biaya, tanpa pandang kasta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun