Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Perubahan, Kenapa Kamu Sulit Berubah?

10 Maret 2021   21:38 Diperbarui: 10 Maret 2021   21:44 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang sepakat. Perubahan atau berubah bukan hanya perlu tapi penting.

Tapi sayang, tidak sedikit orang memandang perubahan hanya jargon, hanya spirit. Sementara perilakunya tidka berubah. Tidak melakukan apapun untuk berubah menjadi lebih baik. Maka, berubah hanya sebatas harapan.

BERUBAH, hanya harapan. Berharap ada perubahan. Atau berharap berubah.

Berharap pandemic Covid-19 berubah jadi normal. Berharap masa pensiun lebih sejahtera daripada saat bekerja. Berharap masa depan lebih baik sekalipun tidak membaca buku. Semuanya sekadar harapan. Perubahan, lagi-lagi cuma harapan.

Hari ini atau besok. Berapa banyak orang yang berteriak akan pentingnya BERUBAH. Tapi sungguh, mereka sebenarnya tidak melakukan apapun. Kecuali rutinitas semata. Bahkan tidak sedikit orang menuntut orang lain berubah. Sementara dirinya sendiri sulit untuk berubah.

Terlalu berharap, orang-orang di sekitarnya berubah. Tapi nyatanya, mereka sendiri tidak sedikitpun mau mengubah dirinya. Bahkan untuk satu hal yang kecil sekalipun. Seperti berubah untuk membaca buku. Berubah untuk tidak banyak menonton TV. Atau berubah untuk mengaji jadi kebiasaan sehari-hari.

Sungguh perubahan atau berubah. Bukan hanya teriakan.

Maka harus ada kesediaan diri untuk berubah. Melakukan aksi nyata, bukan sebatas omongan apalagi teriakan. Karena berubah itu "dari dalam' ke "luar". Bukan berteriak "ke luar" untuk berubah. Sementara "di dalam" diri tidak ada yang berubah.

Dan yang paling aneh. Bila di luar sana sudah berubah. Keadaan berubah, lingkugan berubah. Ada banya perubahan di luar sana. Tapi kita justru tidak pernah mengubah "cara pandang" dalam melihat perubahan itu sendiri. 

Seperti kata bijak. Banyak orang berpikir bahwa dunia akan berubah. Berharap keadaaan akan berubah. Tapi tidak satu pun dari mereka, berusaha untuk mengubah dirinya sendiri. Maka, berubah atau punah. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun