Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Era Digital, Kok Masih Percaya Mitos?

5 Maret 2021   13:38 Diperbarui: 5 Maret 2021   14:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Selesai makan, jangan langsung tidur. 

Begitulah mitos yang beredar. Mungkin karena perut kenyang memang tidak baik untuk dibawa tidur. Sementara di rumah sakit, semua pasien justru sehabis makan buru-buru tidur. Mitos sering kali dianut banyak orang. Karena mitos berisi tafsir masa lalu tentang alam semesta. Maka mitos pun jadi aliran yang dianggap benar-benar terjadi. Padahal, mitos tidak lebih dari sekadar cerita.

Mitos atau fakta? Begitu acara di TV orang-oran zaman now. Sekalipun hidup di era digital, mitos selalu menghantui. Entah, apakah ada hubungan antara mitos dengan Pendidikan? Atau mitos dengan status sosial? Agak sulit dibuktikan.

Kata mitos , "sinar matahari bisa membunuh virus Covid-19". Dan hampir semua orang percaya, Maka banyak orang telanjang dada, berjemur di siang hari. Padahal, tidak ada bukti sinar matahari mematikan Covid-19. Tapi bahwa sinar matahari berguna untuk meningkatkan daya tahan pasti tidak terbantahkan.

Membaca buku dan taman bacaan pun tidak luput dari mitos. 

Kata banyak orang, minat baca akan tumbuh secara alami. Itulah mitos. Minat baca itu tumbuh bila kebiasaan yang dipupuk sejak dini seperti di taman bacaan. Akses membaca buku anak-anak itu tidak akan pernah terwujud bila tidak ada taman bacaan.

Mitos lainnya, orang yang suka membaca itu identik dengan kutu buku dan tidak gaul. Itu mitos. Justru orang yang gemar membaca itu open minded, wawasannya luas, dan saat bergaul tidak kehabisan obrolan. Rajin membaca di taman bacaan pun bukan syarat orang sukses atau kaya. Tapi jadi "jembatan' untuk meraih cita-cita. 

Lalu, kenapa banyak orang percaya mitos?

Mitos itu jadi dipercaya. Karena banyak orang pengetahuannya terbatas. Malas berpikir. Bahkan mungkin ingin hidup secara instan. Sehingga lebih percaya mitos daripada ikhtiar atau kerja keras. Mitos lebih dihormati daripada akal sehat. Karena mitos diturunkan dari nenek moyang atau kultural katanya. 

Maka hari ini. Tidak sedikit berbagai ranah kehidupan lebih dibangun oleh mitos, Bukan akal sehat. Lebih percaya hal abstrak yang dikonstruksi jadi kebenaran. Baik soal agama, soal negara, soal keluarga, dan bahkan soal taman bacaan atau gerakan literasi. Karena sifatnya sosial, maka taman bacaan tidak usah dikelola profesional. Itulah mitos di taman bacaan,

Jadi, beras itu tidak akan pernah berubah jadi nasi bila tidak dimasak. Harus ada ikhtiar untuk mengubahnya. Maka jangan percaya mitos. Bahkan jangan hidup hanya berdasar fakta, Tapi bersikap-lah soal apapun, tentang apa pun. Karena mitos hanya pelajaran bukan kenyataan. Untuk apa hidup penuh mitos tapi tanpa etos? Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun