Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewujudkan Sosok Guru yang Ideal, Selamat Hari Guru

25 November 2020   07:33 Diperbarui: 25 November 2020   07:36 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Namun kini, mencari sosok guru ideal semakin sulit. Hasil survei saya Juli 2020 pun menyebut 7 dari 10 siswa mengalami masalah saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pendemi Covid-19. 

Kegiatan belajar-mengajar pun dinilai tidak efektif. Bisa jadi, kondisi ini akibat guru hanya menjadikan PJJ sebagai pengganti tatap muka di kelas. Tanpa mau menyederhanakan kurikulum. Sebagai renungan, dunia pendidikan pun mencari sosok guru ideal.

Ditambah lagi, pemerintah melalui SKB 4 Menteri mulai memperbolehkan sekolah-sekolah melakukan pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021. Guru-guru pun takut sekolah-sekolah berpotensi menjadi klaster baru peluran Covid-19. Pro-kontra menyelimuti dunia pendidikan Indonesia. 

Sementara para siswa sudah rindu sekolah, PJJ pun tidak efektif, dan guru-guru bingung bila harus belajar tatap muka. Jadi, seperti apa sosok guru yang ideal itu?

Guru ideal adalah harapan semua guru, bahkan siswa. Tapi hari ini, guru yang ideal bisa jadi "jauh panggang dari api". Sejatinya, sosok guru ideal dianggap mampu menguasai materi pelajaran dan mampu mengelola kelas dengan optimal. 

Guru yang memiliki wawasan luas lagi kreatif dan inovatif. Berbasis nilai-nilai karakter yang positif, guru ideal akhirnya mampu mencapai tujuan melalui proses belajar yang menarik dan menyenangkan. Sayangnya, sosok guru ideal masa kini mungkin masih sebatas dambaan.  

Guru ideal, kata kuncinya bisa jadi pada kompetensi dan kualitas. Selain kompetensi pedagogik, guru juga dituntut harus memiliki kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional dalam menjalankan tugas pengajaran. Secara kualitas, kualifikasi guru yang setara sarjana harus dipenuhi. Agar memiliki kualifikasi akademik yag sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya. 

Suka tidak suka, guru aktif dan terlibat dalam program peningkatan kompetensi pembelajaran (PKP). Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan profesi guru. 

Karena sejatinya, guru adalah subjek yang mampu memecahkan masalah pembelajaran di kelas, bukan menjadi bagian dari masalah. Maka guru yang ideal, harusnya lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar.

Diskursus tentang guru yang ideal, bisa dikatakan "tak lekang oleh waktu". Apalagi di masa pembelajaran digital dan jarak jauh akibat pandemi Covid-19. Guru bukan hanya ujung tombak kecerdasan dan karakter siswa. 

Namun jadi andalan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Namun sayang, dari 4,1 juta guru di Indonesia saat ini, masih ada 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi keguruan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun