Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Kenangan Citizenship Award, Konsistensi di Jalan Kebaikan

3 Oktober 2020   12:08 Diperbarui: 3 Oktober 2020   12:16 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persis 17 tahun lalu, Oktober 2003, saya berhasil meraih penghargaan "Citizenship Award 2003" dari perusahaan asuransi jiwa asing berskala internasional. Ajang bertajuk "Manulife -- Stars of Excellence" ini untuk kali pertama digelar di Hongkong. Saya bersama para peraih award lainnya dari berbagai negara di Asia pun dijamu khusus oleh para petingginya. Bangga dan berkesan. Apalagi dari Indonesia diwakili 4 orang (Saya, Patrick, Jeffry, Lina). Sementara negara lain hanya diwakili 2 penerima award.

Layaknya awarding di mana-mana, apalagi skala Asia. Seleksi award ini tergolong ketat dan objektif. Disaring dari berbagai negara dan kandidat hingga hasilnya diumumkan terbuka se-Asia. Selain dijamu khusus makan malam, semua penerima award diajak jalan-jalan. Bahkan dapat uang pula yang nilainya kala itu, luar biasa. Buat saya sendiri, ajang ini merupakan kali pertama saya pergi ke luar negeri. Alhamdulillah, kini sudah menapak kaki hingga ke 10 negara lainnya. 

Di ajang ini saya meraih "citizenship award". Apa itu citizenship award? 

Intinya adalah kepedulian sosial. Karena sejak 1994, saat mulai bekerja seusai kuliah, saya menyisihkan sebagian rezeki untuk sekolah anak-anak yatim. Hingga ada yang tinggal di rumah untuk sekolah. Jangankan kemewahan material, anak-anak yatim itu mendapat perhatian dari "sang ayah" saja tidak bisa. Karena itulah, saya mengambil peran untuk membantu dan memperhatikan mereka. Intinya, bernasihat dan memastikan mereka tetap sekolah. Agar tidak ada anak yang putus sekolah, agar tidak ada pernikahan dini. Hingga kini pun, saya tegas bersikap untuk mengayomi 34 anak yatim binaan yang setiap sebulan sekali bertemu di pengajian.

Maka setelah "menemukan kembali" foto-foto ini, saya ditantang. Untuk menguak dan menuliskan sebuah sejarah. Sejarah baik yang bisa terjadi pada siapapun. Sejarah baik berupa praktik baik itu patut disuarakan. Bukan sejarah buruk yang selalu diumbar-umbar tanpa jelas maksudnya. 

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Apa yang saya mau bilang di sini?

Semua ada sejarahnya, semua ada rekam jejaknya. Jalani saja tiap proses dengan sepenuh hati. Tetap istiqomah di jalan kebaikan sekalipun terjal dan banyak gangguan.  

Seperti pengabdian di taman bacaan. Saya di TBM Lentera Pustaka pun hanya bertekad. Untuk membantu anak-anak usia sekolah dari masyarakat prasejahtera. Agar tidak putus sekolah dan punya akses terhadap buku bacaan, di samping tradisi membaca di kesehariannya. Maklum ini era digital, biar tidak tergilas zaman. Karena taman bacaan adalah sebuah proses panjang yang tidak mudah. Maka harus terus dipelihara dan dikolola sepenuh hati... salam literasi #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi #TamanBacaan

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun