Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Tempe Mendhoan di Taman Bacaan

14 September 2020   08:41 Diperbarui: 14 September 2020   08:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi Tempe Mendhoa (Sumber: Pribadi)

Mendhoan, siapa yang tidak tahu?

Mendhoan itu hidangan lezat terbuat dari tempe. Mendhoan paling asyik jadi "teman ngobrol" apalagi disajikan dengan secangkir kopi atau teh. Saking nikmatnya, obrolan pun bisa ngalor-ngidul. Segala rupa diobrolin. Mendhoan makin berkesan bila disantap dengan sambal kecap atau cabe rawit. Apalagi sambil traveling ke daerah aslinya tempe mendhoan di Purwokerto, Banyumas dan sekitarnya.

Sebagai penikmat mendhoan, saya pun berpikir. Apa sih nilai-nilai yang bisa diperoleh dari tempe mendhoan selain untuk disantap. Maka saya menyebutnya, filosofi mendhoan. Ternyata, mendhoan dapat diartikan sebagai prinsip untuk "selalu berjiwa muda". Ada yang bilang tempe mendhoan itu belum matang. 

Karena belum matang itu berarti bersedia siap untuk matang, menuju kematangan. Bila matang diartikan sudah tua dan sudah sampai waktunya untuk dipetik, dimakan seperti buah-buahan. Maka mendhoan bermakna selalu bersemangat dalam melakukan sesuatu. Sehingga nantinya. Setiap perbuatan dan karya dapat dinikmati dan dipetik. Untuk diri sendiri maupun orang lain.

Mendhoan. Konon katanya secara etimologis berasal dari kata, 'mendho' yang berarti "di antara kata mendhak (ke bawah) dan mendhuwur (ke atas)". Mendho memiliki definisi "tanggung", yaitu tidak ke bawah pun tidak ke atas. Mendhoan itu tanggung. Karena kalau sampai kering, namanya jadi keripik tempe. 

Tapi bila terlalu basah pun namanya jadi oncom atau apa. Jadi secara filosofis, manusia sejatinya perlu menata diri dan hati-hati. Jangan sampai terlalu ke atas dan jangan terlalu ke bawah; yang pas-pas saja. Agar tidak mudah terjatuh, agar tidak terlena dalam kehidupan duniawi yang sementara.

Mendhoan hakikatnya mengandung filosofi yang berguna bagi pelajaran hidup manusia. Sebut saja, filosofi mendhoan. Karena dalam bahasa jawa kuno "Mendho" berarti mentah. Lalu mendapat akhiran "an". Jadilah mendhoan yang berarti mentahan atau belum matang. Maka, hidup pun selalu berjiwa muda dan jangan terlalu cepat puas sebelum mampu menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain.

Meskipun mendhoan itu enak dan nikmat rasanya. Namun ada nasehat kehidupan di dalam mendhoan. Agar manusia tidak terbuai dalam kenikmatan dunia saja. Pasalnya ada hal lain yang harus berani dilakukan, yaitu berjalan 'mendhuwur'' alias ke atas. Selalu ada perjalanan ke atas yang lebih berat. 

Berjalan ke depan yang banyak tantangan. Bukan pula harus ke bawah (mendhak) hingga terlena dan terjatuh. Saat di atas harus tetap eling, ingat. Saat di bawah harus tetap berjuang dan ikhtiar lan sabar.

Filosofi mendhoan pun sangat erat kaitannya dengan taman bacaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun