Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Tempe Mendhoan di Taman Bacaan

14 September 2020   08:41 Diperbarui: 14 September 2020   08:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi Tempe Mendhoa (Sumber: Pribadi)

Karena di taman bacaan, mengubah perilaku anak-anak yang terbiasa main menjadi "dekat" dengan buku tidaklah semudah membalik telapak tangan. Bukan hanya tekad kuat, keberanian, dan komitmen. Tapi jauh lebih dari itu, sungguh butuh kesabaran dan kemampuan khusus untuk meyakinkan masyarakat dan anak-anak untuk mau membaca secara rutin di taman bacaan.

Sungguh, membangun tradisi baca dan budaya literasi di tengah gempuran era digital sama sekali tidak semudah yang diseminarkan atau didiskusikan banyak orang. Karena tradisi baca dan budaya literasi tidak bisa sebatas niat baik. Tapi harus aksi nyata dan terjun ke lapangan.

Seperti filosofi mendhoan, mengelola taman bacaan itu harus punya modal "semangat berjiwa muda, pantang menyerah". Plus harus hati-hati alias pas-pas saja, tidak terlalu ke atas (sombong) atau terlalu ke bawah (pesimis).

Perjuangan tidak kenal lelah dalam menebar virus membaca di kalangan anakkanak usia sekolah yang terancam putus sekolah, itulah yang saya lakukan di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Sejak tahun 2017 didirikan, Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka telah mengubah anak-anak kampung yang semula polos, pemalu dan cenderung sulit berinteraksi dengan orang "dari luar". 

Kini berubah menjadi anak-anak yang terbiasa membaca rutin 3 kali seminggu. Bahkan bisa "menghabiskan" 5-8 buku per minggu per anak Sebuah perilaku dan budaya anak-anak yang tadinya "jauh" dari buku, kini menjadi lebih "dekat" pada buku dalam kesehariannya.

Taman bacaan Lentera Pustaka hadir semata-mata untuk menekan angka putus sekolah. Karena anak-anak di Desa Sukaluyu di Kaki Gunung Salak, 81% tingkat pendidikannya hanya SD dan 9% SMP. Itu berarti, angka putus sekolah masih tergolong sangat tinggi. Mungkin karena persoalan ekonomi alias kemiskinan. 

Maka dengan modal seadanya, dari garasi rumah kemudian diubah menjadi rak-tak buku bacaan. Bahkan dengan mengusung konsep "TBM Edutainment", kini TBM Lentera Pustaka tumbuh menjadi taman bacaan yang kreatif dan menyenangkan. Tandanya adalah 1) program taman bacaan berjalan dengan intensif dan rutin, 2) jumlah anak pembaca aktif mencapai 60-an anak, 3) mendapat dukungan dari masyarakat sekitar, 4) menjalakan program berantas buta aksara, 5) memiliki koleksi buku lebih dari 3.800, 6) selalu ada donatur buku bacaan, 7) ada dukungan relawan yang membimbing dan mengajar setiap bulan, dan 8) seluruh biaya operasional dan program taman bacaan disponsori oleh 3 CSR korporasi (AJ Tugu Mandiri, Bank Sinarmas, dan Asosiasi DPLK).

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Perjuangan tidak kenal Lelah, memang harus jadi spirit taman bacaan.

Karena buku bacaan diharapkan bisa mengubah mind set akan pentingnya sekolah dan belajar. Agar angka putus sekolah bisa ditekan. Maka taman bacaan harus dikelola dengan efektif dan partisipatif. Taman bacaan yang  mampu mengerahkan kerativitas dan kolaborasi agar tetap bertahan, mampu survive sekalipun terpinggirkan dari perhatian banyak orang. 

Berbekal filosofi mendhoan. Taman bacaan di mana pun menjadi simbol. Bahwa alangkah mulia apabila kehidupan dijalankan dengan rasa kepedulian untuk sesama. Dan semuanya harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab tanpa melakukan tindakan endho ataupun menghindar dari realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun