Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Idul Adha di Mata Kaum Buta Aksara

31 Juli 2020   17:11 Diperbarui: 31 Juli 2020   17:01 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung waktu senggang, Idul Adha kali ini saya gunakan untuk evaluasi program Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Sudah 1,5 tahun program itu berjalan. Awalnya hanya 4 ibu, lalu susut jadi 2 ibu dan kini bertambah jadi 11 ibu-ibu. Dan hasilnya, memang mereka sudah bisa baca walau masih tersendat. 

Sementara menulis belum. Karena saya percaya, menulis akan lebih mudah bila terbiasa membaca. Maka ke depan, bukan hanya kesabaran Tapi butuh komitmen dan pengorbanan yang lebih besar lagi. Agar kaum ibu ini benar-benar bebas dari buta aksara.

Sayangnya, ada yang luput dari pengamatan saya. Ternyata, kaum ibu warga belajar tingkat pendidikannya 33,3% SD, dan 66,7% SD tapi tidak lulus. Memang benar, memberantas buta aksara itu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh waktu dan proses yang panjang. 

Apalagi bagi mereka yang sudah tidak lagi muda, ibu rumah tangga pula, dan mungkin belajar baca-tulis bukanlah prioritas dalam hidupnya. Hanya satu modal yang jadi andalan mereka, masih ada kemauan. Itu saja.

Di GEBERBURA, saya sendiri tidak pakai kurikulum keaksaraan nasional karena memang sulit diterapkan. Terlalu kaku dan step by step-nya tidak cocok. 

Maka saya bikin metode "be-nang" alias belajar dengan senang. Selalu berdoa, selalu ada canda, selalu ada PR, bahkan tiap datang pun tiap peserta saya hadiahi seliter beras atau mie instan atau jajan bareng asal sudah baca dan tulis.

Maklum, warga belajar di GEBERBURA memang tidak bisa baca. Tangannya pun terlalu kaku untuk menulis. Mulut dan lidahnya harus adaptasi dalam mengeja suku kata. 

Persis seperti yang mereka bilang ke saya, "Pak, maaf saya ini tidak tahu tanggal lahir bahkan menulis nama pun tidak bisa". Dan alhamudlillah, sekarang mereka sudah bisa tulis nama dan tanda tangan walau tetap tidak tahu tanggal lahirnya. Apapun perlunya, Ibu harus tulis nama sendiri dan tanda tangan sendiri, jangan diwakilkan ke orang lain, begitu kata saya pada mereka.

Maka hikmah sederhana Idul Adha kali ini. Minimal buat saya. Adalah menambah pengorbanan dan kepedulian untuk tetap mengajarkan mereka. Agar benar-benar bebas dari buta aksara, agar bisa membaca dan menulis hingga tuntas. Entah, kapan waktu itu tiba?

Karena saya yakin, hanya kepedulian yang bisa membebaskan mereka dari belenggu buta aksara. Seberapapun nikmatnya sate kambing atau sop sapi "qurban" yang saya cicipi. Serasa masih ada mengganjal bila di dekat saya masih ada kaum yang buta aksara, tidak bisa baca tidak bisa tulis. Apalagi di era digital kayak begini. Tentu, kita tidak cukup hanya dengan mengasihani mereka. Maka, ubah setiap niat baik jadi aksi nyata, kapan pun dan dimana pun. LAWAN BUTA AKSARA #GEBERBURA #TBMLenteraPustaka #BerantasButaAksara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun