Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Kaum Milenial Sering Bokek dan Terancam Bangkrut Hari Tuanya?

15 Juli 2020   09:34 Diperbarui: 15 Juli 2020   09:31 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaum milenial sering bokek (Sumber: Pribadi)

Kaum milenial ternyata sering bokek. Alias tidak punya uang.

Alasannya, menurut survei GoBankingRates, kaum milenial lebih senang menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu dan tidak produktif. Sebut saja: nongkrong sambil ngopi di kafe-kafe, kulineran sambil hang out, fesyen, dan hiburan. Maka kaum milenial memang jauh lebih boros ketimbang generasi lainnya.

Kaum milenial memang cerdas. Bahkan saat bekerja pun mampu meraup penghasilan yang lebih dari cukup. Tapi sayang, mereka sering gagal mengelola uangnya sendiri. Terlaku banyak keinginan, terlalu gemar eksistensi. Hingga akhirnya, kebutuhan tersier diubah jadi kebutuhan primer. Maka ada yang bilang, kaum milenial identik dengan gaya hidup dan pemborosan.

Faktanya, memang tidak sedikit milenial yang merasa bokek. Tidak punya uang atau kurang uang. Padahal bekerja dan punya penghasilan. Kenapa terjadi? Karena milenial memang  lebih suka gaya hidup yang berlebihan. Bahkan tidak sedikit dari milenial yang jadi "korban gaya hidup". Alias memiliki gaya hidup di atas kemampuannya.

Satu hal yang kaum milenial lupa. Bahwa memaksakan gaya hidup di luar kemampuan dan berpura-pura 'kaya' akan jadi sebab milenial bokek. Atau bisa jadi menuju ambang kebangkrutan di hari tuanya.

Survei bertajuk "The Future of Money" menyebut 4 dari 10 milenial Indonesia hanya berinvestasi sekali dalam satu atau dua tahun, bahkan 2 dari 10 di antaranya tidak berinvestasi sama sekali. Kondisi ini diperkuat Dalia Research yang menegaskan 7 dari 10 generasi milenial Indonesia tidak memiliki strategi investasi.

Kondisi itu ditambah bayangan hari tua atau masa pensiun kaum milenial. Survei Asosiasi DPLK (2018) pada 100 milenial menyebutkan 90% kaum milenila tidak punya tabungan untuk hari tua atau masa pensiun. Bahkan 60% dari mereka tidak tahu cara menyiapkan dana untuk hari tua. Itu berarti, ada potensi kaum milenial bangkrut di hari tuanya.

Kenapa kaum milenial sering bokek dan potensi bangkrut di hari tua?

Jawabnya sederhana. Karena kaum milenial 1) punya gaya hidup yang mahal bahkan berlebihan, 2) berjiwa konsumtif, 3) gemar belanja online dan kredit barang untuk gaya hidup, dan 4) akhirnya pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Lebih besar pasak daripada tiang. 

Nongkrong sambil ngopi di kafe-kafe, hang out yang boros, fesyen dan aksesori adalah sebab utama kaum milenila bokek. Hingga jadi sebab hari tuanya tidak punya tabungan. Tidak punya dana yang cukup untuk membiayai gaya hidupnya. Apalagi kaum milenial ternyata tidak memiliki strategi investasi yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun