Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Unik Taman Bacaan Lentera Pustaka Mengajak Anak-anak Membaca

6 Maret 2020   20:47 Diperbarui: 6 Maret 2020   20:51 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

CARA UNIK TAMAN BACAAN LENTERA PUSTAKA MENGAJAK ANAK-ANAK MEMBACA

Sekalipun kegiatan membaca punya manfaat besar bagi anak-anak. Faktanya, tidak mudah mengajak atau menumbuhkan anak terbiasa membaca buku. Apalagi di era digitral seperti sekarang, anak-anak lebih gemar bermain games daripada membaca.

Harus diakui, tidak mudah mengajak anak-anak untuk membaca buku. Maka sulit, tradisi baca dan budaya literasi bisa ditegakkan. Karena tantangannya terlalu besar.  Untuk itu, siapapu pegiat literasi atau pengelola taman bacaan harus punya "daya juang" yang lebih dan "cara kreatif" untuk mengajak anak-anak membaca.

Begini ceritanya. Di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor di Kaki Gunung Salak, sejak didirikan 3 tahun lalu, setidaknya tercatat ada 60 anak pembaca aktif, yang rutim membaca seminggu 3 kali. 

Tadinya anak-anak di TBM ini tidak memiliki akses bacaan. Tapi sejak ada taman bacaan, mereka setidaknya mampu membaca 5-8 buku per minggu. Sebuah tradisi baca dan budaya literasi yang sudah terbentuk, tentu melalui proses yang tidak mudah.

Namun apa mau dikata, pada awal tahun 2020 ini, tiba-tiba ada kabar sekitar 6 anak tidak lagi datang membaca. Entah apa sebabnya? Tapi bila dicek data, sebenarnya di kampung sekitar TBM Lentera Pustaka harusnya ada sekitar 200-an anak usia SD-SMP-SMA yang menjadi target pembaca. 

Itu berarti, selama ini ada "peperangan batin" antara 60 anak pembaca dengan sekitar 140 anak yang belum mau membaca di taman bacaan. Nah, bila anak pembaca berkurang 6. Maka artinya, anak-anak pembaca muali "kalah" dengan anak-anak yang tidak membaca.

Sebenarnya, untuk mengajak anak-anak membaca di taman bacaan yang gratis dan hanya baca selama 2 jam di hari Rabu-Jumat-Minggu, TBM Lentera Pustaka sudah melalukan banyak hal. 

Intinya mengajak anak-anak yang belum mau ke taman bacaan untuk membaca di taman bacaan. 

Mulai dari 1) memberi imbauan via pengeras suara akan pentingnya membaca, 2) membuat brosur dan surat ke rumah-rumah warga tentang ajakan untuk membaca, dan 3) kampanye keliling mengajak baca. Ternyata, memang belum efektif. Memang susah mengajak anak-anak untuk membaca di taman bacaan. Itu pasti. Jangankan anak-anak, saat ini pun orang dewasa malas membaca. Susah banget.

Nah, berangkat dari realitas itulah. TBM Lentera Pustaka akhirnya terpikirkan untuk membuat inisiatif baru yang disebut "LENTERA SEDEKAH". Sebuah cara sedekah dengan membagikan makan siang secara gratis ke jamaah masjid terdekat pada Jumat minggu ke-1 setiap bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun