Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mentalitas "Korban" Ekonominya Kaya, Sikapnya Miskin

16 Februari 2020   10:59 Diperbarui: 16 Februari 2020   11:01 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semuanya dikomentarin, semuanya disalahin. Terus, apa yang sudah dikerjakan untuk menjadikan keadaan lebih baik? Makin banyak saja orang yang bersikap salah.

Status sosial boleh tinggi. Pangkat boleh hebat. Pekerjaan boleh mulia. Tapi sayang, sikapnya lemah. Hanya tahu sedikit mengaku banyak. Kepedulian hanya sebatas bahasan. Terlalu banyak harapan, sedikit perbuatan.

Apapun dan siapapun tergantung pada sikap.

Apapun bisa terjadi, tinggal cara menyikapinya. Siapapun bisa terpilih, tinggal cara menyikapinya. Negara tidak setuju eks ISIS pulang lagi. Sementara dulu eks ISIS yang pergi sendiri dan tidak ingin kembali. Jadi yang salah negara atau eks ISIS? Akibat merampok, si maling dihukum berat oleh hakim. Jadi yang salah hakim atau maling? Semua itu tergantung sikap.

Kata Imam Syafi'i, pekerjaan terberat itu ada tiga: 1) sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit, 2) menjauhi dosa di kala sendiri, dan 3) berkata benar di hadapan orang yang ditakuti. Itu semua tergantung sikap. Memang sulit tapi butuh sikap.

dokpri
dokpri
Apakah kita sudah kehilangan sikap?

Sebab faktanya, gagal mengakui keputusan yang sudah diambil. Tidak bisa menerima realitas yang sudah terjadi. Zaman now, banyak orang yang faktanya pintar. Tapi sikapnya kurang pintar. Banyak orang fakta ekonominya kaya tapi sikapnya miskin.

Seperti orang yang lagi baca koran. Katanya, hurufnya kekecilan, jadi susah dibaca. Teks-nya buram. Padahal matanya yang sudah tidak normal. Mungkin sudah plus atau minus, maklum factor umur. Ehhh, setelah pakai kaca mata, baru teks koran itu terbaca dengan jelas. Jadi yang saah korannya atau matanya? Sungguh, yang harus diubah sikapnya. Bukan korannya bukan pula matanya.

Bangsa ini, dunia ini pasti terasa gelap. Karena sikapnya hanya senang memakai "kacamata hitam". Coba diubah pakai "kacamata bening", pasti bangsa ini dan dunia ini terang. 

Hari ini, banyak orang ingin hidup lebih baik, tetapi tidak punya "kemauan" untuk berubah menjadi lebih baik. Benar kata Bruce Lee "siapapun harus berani memulai untuk memperbaiki sikap, bukan mengubah kondisi di luar kita. Karena berubah dimulai dari dalam ke luar bukan sebaliknya".

Jadi, semuanya tergantung sikap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun