Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duduk di Bawah; Tradisi Lokal Penuh Makna dari Desa Limapoccoe

26 Desember 2019   22:14 Diperbarui: 27 Desember 2019   13:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berkunjung dan keliling ke rumah sanak famili di Desa Limapoccoe Kec. Centang Kab. Maros Sulsel. Ada satu budaya lokal di desa itu yang masih melekat. Yaitu, tradisi duduk di bawah. Duduk di lantai sambil bersila atau pun tidak. Karena dengan duduk di bawah, kita menjadi setara; tidak ada yang lebih tinggi atau tidak ada yang merasa rendah.

Sementara zaman now, betapa banyak orang berlomba-lomba untuk meraih posisi puncak, dalam apapun dan kapanpun. Sungguh, itu semua untuk meraih kekuasaan. Agar bisa dibilang "orang atas" atau dianggap lebih tinggi. Baik dalam hal pangkat, jabatan, harta maupun status sosial. Bisa jadi begitu, karena sudah lupa duduk di bawah.

Bersyukur, Indonesia dikaruniai budaya dan tradisi yang masih tetap lestari. Salah satunya adalah tradisi duduk di bawah. Seperti yang terjadi di Desa Limapoccoe Kec. Centang Kab. Maros, kampung halaman penulis. Betapa tradisi duduk di bawah masih dijunjung tinggi. 

Sebagai tanda kuatnya rasa persaudaraan,  toleransi, bahkan kebersamaan. Karena hanya persaudaraan-lah yang mampu menjaga kerukunan, di samping bisa menghalau sikao egosi, intoleran, bahkan radikal.
Tradisi duduk dibawah. Ketika semua orang duduk bersila, berdampingan di atas tikar atau karpet. Sambil berbicara dan bwrdekatan. Di Desa Limapoccoe, bisa terjadi saat silaturahim sederhana berkunjung ke tetangga.

Saat duduk di bawah. Semua setara atau sama keadaan. Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Melepas jaket egoisme pribadi.

Tradisi duduk di bawah. Bisa jadikan hanya soal warisan nenek moyang. Tapi menjadi simbol tentang sikap rendah hati, sederhana dan menjunjung tinggi toleransi. 

Bila mau jujur, nilai-nilai itulah yang kian langka di era digital sekarang. Karena tidak sedikit orang yang bergerak ke arah individualis. Sehingga mudah tinggi hati, mudah membanding-bandingkan keadaan diri sendiri dengan orang lain.

Tradisi duduk di bawah. Itu simbol bahwa di mata Allah SWT, semua orang sama saja. Namun yang jadi pembeda, hanyalah ilmu, iman dan takwa. Mau raja, mau rakyat prinsipnya sama. Harus saling menghormati, saling menghargai.  

dokpri
dokpri
Tradisi duduk di bawah.
Sangat bisa menjadi pembelajaran bagi siapapun. Bahwa dengan duduk di bawah; tidak satupun orang boleh merasa lebih tinggi dari lainnya. Bahkan hebatnya, tradisi duduk di bawah mengajarkan kita untuk saling mempersilakan satu dengan yang lainnya.

Maka setinggi apapun kita, itu hanya sementara. Tetaplah duduk di bawah. Agar apapun yang tersaji di hadapan kita, akan terlihat indah dan mewah. Karena Allah telah memberi anugerah.

Dan setelah duduk di bawah. Berdirilah untuk pergi keluar lalu bergerak untuk bisa hidup lebih baik. Agar kita tetap mampu melihat ke bawah... #DesaLimapoccoe #Maros #BudayaLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun