Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Saatnya Kaum Milenial Bangga Berbahasa Indonesia

4 November 2019   07:12 Diperbarui: 4 November 2019   07:16 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa bisa jadi tidak lagi menunjukkan bangsa.

Ketika generasi muda atau kaum milenial tidak lagi bangga berbahasa Indonesia. Di banyak momen, sikap bangga berbahasa Indonesia kian menipis. Bahkan tidak jarang, kaum milenial yang lebih mengutamakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari. Ada kesan, kaum milenial yang berbahasa asing lebih keren daripada yang berbahasa Indonesia. Belum lagi "banjirnya" nama-nama gedung, tempat wisata, kafe, dan objek keramaian lainnya yang berbahasa asing. Seolah, kita hidup di negeri asing bukan lagi di negeri sendiri; sang bumi pertiwi.

Bahasa pun bisa jadi tidak lagi menunjukkan jati diri bangsa.

Ketika pemakai bahasa Indonesia lebih memilih bahasa kebohongan (hoaks) dalam keseharian. Maraknya ujaran kebencian, hujatan, caci maki bahakan fitnah adalah tanda "perginya" jati diri bangsa secara perlahan. Mungkin, bahasa Indonesia suatu kali memang tidak lagi mencerminkan jiwa pemakai bahasanya. Akankah kaum milenial makin kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia? Semua itu, mungkin bisa dicek dari cara berbahasa dan budaya pergaulannya sehari-hari.

Sama sekali tidak benar. Bila menggunakan bahasa Indonesia dianggap derajatnya lebih rendah daripada bahasa Inggris atau bahasa asing. Semua bahasa itu sama. Sesuai dengan tempatnya, budayanya, dan manusianya. Tidak ada bahasa yang lebih keran dari bahasa lainnya. Karena bahasa memang bersifat universal. Apalagi bahasa Indonesia, dilahirkan dari sejarah perjuangan yang berdarah-darah. Hingga mendapat pengakuan di seantero nusantara dan dunia internasional. Bahasa Indonesia bagi kaum milenial, cukup "di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung".

Sudah saatnya, kaum milenial kembali bangga berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia bukanlah bahasa pertengkaran apalagi permusuhan. Bahasa Indonesia bukan untuk memtegas perbedaan tapi memperjuangkan persamaan. Berbeda itu pasti tapi bersama itu pilihan. Karena bahasa Indonesia, sejatinya, bahasa yang menyatukan bangsa Indonesia. Bukan "bahasa asing" yang dipakai kaum yang gagal memperjuangkan mimpi-mimpi mereka.

Bangga berbahasa Indonesia.

Itu berarti kaum milenial ikut memperkuat jati diri bangsa. Berbahasa Indonesia berarti memperkokoh jiwa nasionalisme dan patriotisme terhadap Indonesia. Bahasa Indonesia pun menjadi simbol dan ciri terkuat NKRI yang tersebar di 34 provinsi di nusantara. Karena bahasa Indonesia, harus diakui, adalah alat komunikasi utama antarindividu, antarkelompok, dan antarmasyarakat dalam berbagai konteks kehidupan.

Cinta bahasa Indonesia bukan berarti menidakbolehkan bahasa asing. Cinta bahasa Indonesia berarti ada kemauan untuk mengenal, memahami, menghormati, dan menggunakan bahasa Indonesia. Kapan pun dan di manapun.

Bangga berbahasa Indonesia. Artinya mau menggunakan bahasa orang Indonesia; mau menghormati bahasa ibu, dan mau menguasai bahasa asing. Dan semua bahasa, ada tempatnya ada budayanya, da nada kebanggaaanya.

Maka sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia, sekelompok kaum milenial, mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI pun hadir dalam  Seminar Nasional Bulan Bahasa 2019 bertajuk "Mencintai Bahasa dan Sastra melalui Karya" dengan pembicara tunggal Syarifudin Yunus, Dosen Unindra -- penulis buku dan pegiat literasi Indonesia pada Sabtu, 2 November 2019 di Aula PLN Limo Depok. 

Melalui kegiatan ini, mahasiswa bertekad menjaga bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Sekaligus untuk menegakkan budaya literasi di kalangan kaum milenial, bahasa yang tercermin melalui perilaku membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.

Karena berbahasa Indonesia buka soal keren atau gaul. Tapi berbahasa Indonesia adalah soal cara membuat bangga terhadap bahasa nasional-nya sendiri. Bahasa persatua yang diraih dengan perjuangan.

Maka bangga berbahasa Indonesia menjadi penting.

Karena bahasa Indonesia tidak dirancang untuk membuat kebohongan yang terdengar jujur; dan kebencian yang terkesan dihormati.

Hai kaum milenial, apakah Anda bangga berbahasa Indonesia? 

Mulailah dengan memilih bahasa yang sama bukan bahasa yang berbeda. Saatnya cintai Indonesia dengan bahasa... #BahasaIndonesia #BanggaBerbahasaIndonesia

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun